Pandemi Jadi Momentum Kembangkan Pariwisata Medis

josstoday.com

Presiden Joko Widodo (kedua kanan) menekan tombol didampingi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (kanan), Menteri BUMN Erick Thohir (kedua kiri) dan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia (kiri) saat kegiatan peletakan batu pertama pembangunan Bali International Hospital di kawasan Sanur, Denpasar, Bali, Senin, 27 Desember 2021.

JOSSTODAY.COM - Ketua Asosiasi Wisata Medis Indonesia (AWMI) Taufik Jamaan mengatakan pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung lebih dari 1,5 tahun bisa menjadi momentum untuk mengembangkan industri pariwisata kesehatan Indonesia. Pasalnya sebelum pandemi, banyak masyarakat Indonesia yang lebih memilih berobat ke luar negeri. Padahal dari sisi kualitas sudah banyak rumah sakit di Indonesia yang memiliki standar internasional.

“Sebelum pandemi, memang devisa Indonesia banyak lari ke luar negeri, karena sekitar 2 juta masyarakat Indonesia berobat ke luar negeri setiap tahun, nilainya sekitar Rp 100 triliun. Dengan adanya pandemi, pintu masuk ke beberapa negara ditutup. Seharusnya ini bisa dijadikan peluang untuk mengembangkan wisata medis atau medical tourism di Indonesia,” kata Taufik Jamaan, Rabu (29/12/2021).

Taufik mengungkapkan, banyak masyarakat yang berobat ke luar negeri lantaran kurang percaya dengan layanan kesehatan yang ditawarkan rumah sakit di Indonesia. Namun kini sudah banyak rumah sakit yang berbenah dengan meningkatkan layanan, sehingga sebetulnya tidak ada alasan lagi untuk berobat ke luar negeri.

“Rumah sakit swasta kita sudah mampu dari sisi diagnostik, sisi layanan kesehatan, dokter spesialisnya, alat-alat kesehatannya juga sudah canggih semua. Kami di AWMI juga terus mendorong rumah sakit mengembangkan layanan atau pun destinasi wisata yang terkoneksi dengan layanan kesehatan, baik untuk sisi medisnya maupun sisi wellness-nya,” kata Taufik.

Dalam pengembangan wisata medis, Taufik mengatakan daerah yang menjadi lokasi wisata medis tersebut menjadi hub atau penghubung antara sisi medis dan wellness.

“Kebetulan saya dokter kandungan di program bayi tabung. Sebelum program dijalankan, pasien kadang stay dulu selama satu minggu di resort. Di sana mereka melakukan terapi, akupuntur, yoga, detoks dan segala macam, jadi kondisi mereka lebih fresh yang bisa membuat keberhasilan program jadi lebih tinggi,” ungkap Taufik.

Selain di Bali, Taufik mengatakan pengembangan wisata medis saat ini juga tengah didorong di Jawa Barat, Banten, Bangka Belitung, Yogyakarta, Mandalika, Nusa Tenggara Barat hingga daerah Danau Toba.

Sebanyak 15 rumah sakit juga telah ditunjuk oleh pemerintah untuk menjadi percontohan wisata medis atau kesehatan, di antaranya RS Siloam Karawaci, RS Mayapada Lebak Bulus, RS Eka Hospital BSD, RS Cipto Mangunkusumo, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, RS Kepresidenan Gatot Soebroto, RS Sanglah Bali, hingga RS Provinsi Nusa Tenggara Barat.

“Saat ini pemerintah sedang fokus mengembangkan wisata medis di Bali. Di Indonesia sendiri ada sekitar 2.500 rumah sakit swasta, ini akan terus kita dorong. Tidak harus dengan standar yang tinggi di semua layanan, cukup satu atau dua layanan saja, misalnya khusus untuk fertility, jantung, kanker, atau untuk ortopedi. Jadi rumah sakit tersebut punya keunggulan menjadi sebagai center,” kata Taufik.

Pandemi Covid-19 Wisata Medis Bali International Hospital AWMI Taufik Jamaan