
Sejarah Panjang Lembaga Penelitian Gula
Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), yang semula bernama Het Proefstation Oost Java (POJ) merupakan salah satu lembaga penelitian gula (tebu) tertua di dunia. Pada 9 Juli minggu lalu, P3GI tepat berusia 127 tahun.
Perayaan Ultahnya diakukan sederhana, dengan pengajian dan buka bersama seluruh karyawan. Hiruk pikuk Pilpres 9 Juli dan semifinal piala Dunia antara Brasil dan Jerman, rupanya jauh lebih bergema ketimbang milad P3GI.
P3GI atau POJ dibangun oleh para industriawan gula Jawa di Pasuruan, Jawa Timur. Mereka khawatir akan ancaman gula dari tanaman bit, sehingga perlu terus mengembangkan teknologi yang lebih kompetitif.
Pada 1921, POJ menghasilkan varietas tebu POJ 2878 yang tahan terhadap penyakit mosaik dan sereh. Ini menjadi momen awal penyelamatan industri gula Jawa dan bahkan dunia dari keterpurukan serangan penyakit sereh. Tebu yang terserang penyakit ini tumbuhnya kerdil seperti tanaman sereh.
Sembilan tahun kemudian atau 1929, hampir 90% area tebu di Jawa menggunakan varietas ini. Setahun berikutnya, varietas POJ 3016 dikeluarkan dan bisa menghasilkan gula sebanyak 18 ton per ha atau 3x lebih banyak dari yang dicapai saat ini.
Bukan hanya itu, teknologi budidaya tebu lainnya serta prosesing gula di pabrik terus dihasilkan. P3GI bahkan menjadi kiblat riset gula tebu di seluruh dunia. Tiongkok, Thailand, Jepang dan negara-negara lainnya, belajar tentang pertebuan dari P3GI. Hampir semua tebu komersial di dunia saat ini berasal dari induk tebu yang dihasilkan P3GI.
Ironisnya di usianya yang ke-127, lembaga ini hampir terabaikan. Semua biaya operasional, termasuk untuk riset, bayar gaji karyawan & pemeliharaan aset, harus diupayakan sendiri. Nafas kehidupannya mulai terengah-engah.
Tak ada satu pun institusi risbang komoditi strategis seperti tebu di dunia, yang bebas dari sokongan dana pemerintah Sementara tuntutan pengguna teknologi ke P3GI, terutama akan veriatas tebu unggul, terus berlanjut.
Pemerintah tak bisa lagi mengucurkan APBN secara langsung ke P3GI, karena statusnya swasta. Kucuran dana langsung pemerintah ke P3GI terkendala peraturan sehingga tak bisa lagi dilakukan. Pemerintah, dalam hal ini Departemen Pertanian, akhirnya memberikan mandat risbang gula ke salah satu Balai Penelitian milik Deptan di Malang.
Ultah P3GI yang secara kebetulan bersamaan dengan Pilpres semoga menjadi momen kebangkitan kembali P3GI. Bukan bermaksud berkeluh kesah, namun sebuah lembaga riset sebaiknya fokus melakukan aktivitas penelitian dan pengembangan untuk kepentingan masyarakat dan tidak dibebani mencari pendapatan (profit-oriented).
Jadi siapapun Presiden terpilih, semoga memilik perhatian dan kepedulian terhadap industri gula berbasis tebu, khususnya terhadap kebangkitan sebuah lembaga riset gula di Pasuruan. Karena industri apapun tak akan bisa maju tanpa dukungan riset yang memadai.