josstoday.com

ISIS, Problem Kedaulatan Negara

SEKELOMPOK warga Indonesia telah muncul dalam sebuah video perekrutan dirilis kelompok Negara Islam Irak dan Suriah atau Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang mendesak agar umat Islam di Indonesia bergabung dengan perjuangan kelompok itu. Video berdurasi delapan menit itu, yang diunggah di dunia maya oleh ISIS dengan judul 'Join the Ranks' ("Bergabung dalam Barisan"), menyerukan ini merupakan kewajiban bagi umat Islam untuk bergabung dan menyatakan setia kepada kelompok tersebut.

Dalam video itu memperlihatkan seorang pria Indonesia bernama Abu Muhammad al-Indonesi tengah memberikan pesan dengan emosional. "Keluarkan semua upaya Anda baik dengan menggunakan kekuatan fisik dan keuangan Anda untuk bermigrasi ke Negara Islam Ini merupakan kewajiban diperintahkan oleh Allah."

Abu Muhammad mempertanyakan kaum Muslim tinggal di Barat, meminta mereka untuk menemukan motivasi berjihad. "Apakah istri Anda menjadi alasan yang mencegah Anda berjihad? Apakah rumah Anda, bisnis dan kekayaan Anda lebih Anda cintai daripada kepada Allah, RasulNya dan jihad di jalanNya? ". Begitulah Abu Muhammad mengatakan video yang beredar di situs YouTube, 22 Juli 2014.

Video ini datang setelah dua pria Australia muncul di video perekrutan lainnya yang dirilis oleh ISIS pada bulan sebelumnya. Menurut Profesor Greg Barton, pakar keamanan dari Monash University, kelompok itu melihat potensi kuatnya dukungan dari Indonesia. ISIS menyasar langsung kepada warga Indonesia di dalam video ini karena ini merupakan wilayah untuk mendapat potensi dukungan. Sejak itu, terdapat sejumlah besar warga Indonesia sudah pergi ke sana dan mereka bisa melihat potensi untuk mendapatkan lebih banyak lagi. Belum lama ini, adanya tokoh yang telah menyatakan dukungan kepada ISIS.

Sejauh ini, Pemerintah Indonesia telah menerapkan program deradikalisasi di penjara-penjara yang bertujuan untuk mencegah penyebaran jihad setelah insiden bom Bali. Tapi, Barton mengatakan program deradikalisasi di penjara Indonesia masih dalam tahap uji coba. Tidak ada program sistematis dan bahkan tidak ada pedoman jelas tentang apa yang perlu dilakukan.

ISIS, yang merupakan kelompok garis keras mengklaim beraliran Sunni, telah menyatakan "khalifah" Negara Islam pada awal bulan Juli 2014, setelah merebut sejumlah wilayah di Irak dan Suriah dan menyatakan Abu Bakr al-Baghdadi sebagai pemimpinnya.  ISIS telah merilis sejumlah video beberapa pekan terakhir yang menampilkan para pejuang dari Jerman, Kanada dan Chile. Media sosial digunakan sebagai alat bagi para pejuang ISIS untuk menyebarkan pesan mereka dan mendorong kaum muslim tinggal di Barat untuk menyatakan dukungan mereka kepada ISIS.

Atas dasar itulah, Barton berpendapat  bahwa saatnya Australia untuk membantu Indonesia. Hal ini sangat tepat bagi kita untuk terlibat dengan pihak berwenang Indonesia dan membantu mereka berdasarkan apa yang telah kita pelajari dalam meredam dan memperlambat aliran warga yang pergi ke Timur Tengah.

Memang, bila dicermati, video yang mengajak warga Indonesia bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu bisa mengancam kedaulatan negara. Sebab, menurut saya, ISIS merupakan gerakan lintas negara yang bertujuan mendirikan negara tersendiri. ISIS adalah gerakan ekstrem yang tidak menghormati kedaulatan negara.

Karena itu, umat Muslim dan pemerintah semestinya mewaspadai kampanye yang mengajak warga bergabung dengan ISIS. Soalnya ISIS bukanlah aliran agama yang berisi ajaran teologi dan ritual keagamaan. ISIS adalah gerakan politik yang bisa mengancam kedaulatan dan konstitusi.

Jika gerakan ini merebak di Indonesia, bukan tak mungkin akan ada gerakan-gerakan serupa ISIS yang bermunculan. ISIS termasuk dalam kategori gerakan transnasional politik agama. Itulah sebabnya organisasi ini dinilai sangat berbahaya. Menurut saya, sistem pemerintahan dalam suatu negara memang berbeda-beda, bila hal itu dipaksakan akibatnya bisa merusak konstitusi dan integritas negara lainnya.

Di sinilah, kita harus menyikapinya dengan tegas. Wallahu a'lam.