josstoday.com

Khoirul Zadid Taqwa

Ramadhan Mencegah Efek Buruk Kejahatan Laten

JOSSTODAY.COM - Oleh **) Khoirul Zadid Taqwa

Beberapa hari yang lalu sebuah ledakan bom telah menghantam kota Manchaster dalam konser Ariana Grande. Bom tersebut mengakibatkan setidaknya 22 orang tewas dan 50 orang lainnya terluka. Tentu berita ini menjadi sebuah noda hitam bagi sejarah Inggris. Peristiwa yang mirip namun dengan skala yang berbeda juga terjadi di Kampung Melayu, Jakarta, yang telah mengakibatkan 3 orang tewas dan 11 orang luka-luka. Hanya karena ulah individu yang tak bertanggung jawab, menyebabkan kerusakan yang besar.

Tentu musibah bom di atas memiliki dampak ekonomi yang merugikan. Namun satu hal yang membahayakan dari musibah tersebut adalah anggapan asing yang bisa saja mempengraruhi perekonomian negara yang bersangkutan secara jangka panjang.

Kriminalitas memang menjadi sebuah pertimbangan seorang investor dalam menginvestasikan dananya. Namun kriminalitas yang telah kasat mata berasal dari kriminalitas laten, seperti serakah, iri, dengki, dan sebagainya. 

Menurut World Economic Forum, indeks kemudahan bisnis menjadi salah satu tolok ukur utama disamping kriminalitas yang mempengaruhi minat investor. Salah satu tolok ukur tersebut adalah tingkat kriminalitas yang terselubung, seperti korupsi, birokrasi yang efisien, infrastruktur, dan lain-lain.

Ernest dan Young, sebuah lembaga riset dunia telah menerbitkan sebuah survey terbaru terkait dengan kualitas tata kelola perusahaan di seluruh dunia. Ernest dan Young menyimpulkan bahwa angka tingkat korupsi dan penyuapan di dunia meningkat dari 38% di tahun 2014 menjadi 39% di tahun 2016. Peningkatan tingkat kecurangan ini justru sangat dipengaruhi oleh peningkatan kecurangan yang ada di negara-negara maju dari 17% menjadi 21%.

Sedangkan tingkat kecurangan di negara berkembang sedikit menurun meski masih di angka yang tinggi, yaitu 53% di tahun 2014 dan 51% di tahun 2016. Hal ini disebabkan karena korupsi dan suap-menyuap masih menjadi budaya yang kental di negara maju. Di samping itu, para staff senior selalu menghalalkan cara apapun demi mencapai target perusahaan. Tingkat kecurangan ini justru kecil di generasi milenial. Mereka akan kaget ketika melihat sistem yang korup dalam perusahaan dan kemudian pergi meninggalkannya.

Bukan hanya Indonesia yang memiliki inisiatif yang besar dalam menangani korupsi, tetapi juga Tiongkok dan India juga telah menginisiasi gerakan yang sama. Meski demikian para generasi muda masih mengakui bahwa korupsi dan suap-menyuap masih menjadi kebudayaan di negara dan perusahaan mereka.

Korupsi hanya bisa diberantas dengan kesadaran yang dimulai sejak dari individu. Kecilnya individu bukan berarti tidak memiliki pengaruh apa-apa. Bahkan seringkali orang tersandung oleh batu kecil, bukan batu yang besar.

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan tantangan kejujuran atas produktifitas. Guru besar Universitas Harvard, Filipe Campante dan David Yanagizawa Drott memberikan kesimpulan yang menarik dalam kajian perilaku umat muslim saat ramadhan. Kesimpulan tersebut adalah saat bulan ramadhan perekonomian bisa saja turun, namun justru tingkat kebahagiaan masyarakat meningkat.

Setelah diteliti lebih mendalam mereka menemukan kesimpulan bahwa masyarakat muslim menyedekahkan uang yang disimpan selama puasa. Maka menurut Imam Al Ghazali golongan orang yang bersedekah saat bulan puasa ini yang diikuti dengan menahan seluruh anggota badan dalam melakukan maksiat akan melatih masyarakat dalam berperilaku lebih baik dan terhindar dari kejahatan-kejahatan laten di atas.

**) Khoirul Zadid Taqwa Mahasiswa Ekonomi Islam Universitas Airlangga, Delegasi Asean Muslim Student Summit, Selangor-Malaysia 2016