Karyawan Google Mogok Massal

josstoday.com

Googler di AS mogok kerja memprotes kebijakan anti-imigran Presiden AS Donald Trump.(Reuters)

JOSSTODAY.COM - Karyawan Google di seluruh Amerika Serikat (AS) melakukan aksi mogok kerja pada Senin (30/1/2017), untuk memprotes kebijakan anti-imigra Presiden AS Donald Trump. Ada sekitar 2.000 Googler (julukan pegawai Google) berdemonstrasi di sejumlah "kampus" Google.

CEO Google Sundar Pichai dan salah satu pendiri Google Sergey Brin berada di antara kerumunan peserta aksi mogok kerja, untuk ikut menyuarakan perlawanan. Baik Brin dan Pichai berperan sebagai pembicara di aksi protes yang berlangsung di markas Google, Mountain View, California.

Keduanya bersama para Googler saling berbagi pengalaman dan opini mereka mengenai kebijakan anti-imigran Trump. "Ini perdebatan tentang nilai-nilai fundamental," kata Brin di hadapan para Googler, menurut laporan TechCrunch.

Salah satu kisah mengenai isu imigran itu datang dari seorang keturunan Iran-Kanada, Soufi Esmaeilzadeh yang bekerja untuk Google sebagai Google Assistant Product Manager. Saat kebijakan itu mulai berlaku, Esmaeilzadeh baru sampai di Zurich, Swiss. Tak tahu harus berbuat apa, ia mengontak Google dan akhirnya kembali pulang ke AS setelah menyiasati status hukum kebijakan itu.

Sergey Brin sendiri adalah seorang imigran dari Uni Soviet. Ia tiba di AS saat berumur enam tahun dari negara yang menjadi musuh utama Amerika di era Perang Dingin. "Walaupun saat itu Uni Soviet adalah musuh negara terbesar, namun AS tetap berani mengambil risiko menerima saya dan keluarga sebagai pengungsi," ucapnya.

Sementara Sundar Pichai terus mendorong karyawannya melangsungkan demonstrasi dengan terus bersuara sebagai bentuk perjuangan. "Kami sudah mengutarakannya, tapi saya rasa bagus untuk terus mendengar cerita mereka dan lainnya serta perjuangan ini berlanjut," ujar Pichai.

Aksi protes Googler berjalan dengan inisiasi mereka sendiri. Namun, Google sebagai perusahaan turut mendukung langkah pegawai mereka. Seperti diketahui, Google telah terang-terangan menolak kebijakan anti-imigran Trump.

Demonstrasi berlangsung tidak hanya di markas pusat Google di Mountain View, namun juga di San Francisco, New York, dan Seattle. Di Silicon Valley, Google tak sendirian. Masih banyak perushaan teknologi lain yang menentang keputusan Trump melarang imigran dan pengungsi dari tujuh negara mayoritas Muslim seperti Suriah, Irak, Iran, Yaman, Sudan, Libya, dan Somalia memasuki wilayah AS selama 90-120 hari ke depan.(far)

Karyawan Google Googler Aksi Mogok Kerja Kebijakan Anti-Imigran Donald Trump