Memanasi Mesin Politik Pilkada
Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf menerima kunjungan Ketua KPU RI Arief Boediman, Jumat (16/6/2017), guna membahas pemilihan gubernur serentak 2018. Menurut Ketua KPU RI, proses pemilihan dalam Pilkada serentak ditetapkan pada hari Rabu 27 Juni 2018 atau dua pekan setelah Lebaran tahun depan. (Foto: Istimewa)
JOSSTODAY.COM - Oleh Rully Anwar **)
Lebaran ternyata juga menjadi ajang untuk memanasi mesin politik. Mau bukti? Sepanjang jalur mudik, sebut saja dari jalur utara, terpajang foto-foto tokoh politik. Ucapannya memang dalam konteks Idul Fitri, namun nuansa pemanasan politik jelang pilkada terasa sekali. Begitu pun, acara halal bi halal dan reuni sekolah, tak jarang menghadirkan pula tokoh politik sebagai bintang tamunya.
Dalam konteks komunikasi politik, hal ini dilakukan untuk menyampaikan pesan sekaligus mengukur diri sebelum perhelatan pilkada langsung digelar tahun depan. Apalagi sesuai info KPU, pilkada serentak tahun depan akan berlangsung dua pekan sesudah lebaran 2018. Dan inilah gelombang ke-3 pilkada serentak yang sangat menarik. Bukan hanya karena akan mewarnai hidup kita hingga ketemu lebaran lagi di tahun depan, tapi juga karena sisi jumlah pilkada yang besar. Pilkada Serentak 2018 akan dihelat di 171 daerah, baik provinsi,kabupaten maupun kota. Dan ini adalah terbanyak kedua setelah sebelumnya digelar di 269 daerah pada tahun 2015 dan 101 daerah di tahun 2017.
Lebaran dan politik memang dua hal yang tidak mungkin terpisahkan. Istilah halal bi halal saja dalam sejarahnya juga diilhami oleh momentum politik. Ini terjadi di era Soekarno ketika itu meminta bantuan dan dukungan dari tokoh NU, terutama KH Wahab Hasbullah. Kiai Wahab saat itu diminta untuk memikirkan bagaimana melakukan rekonsiliasi diantara para elite politik yang hubungannya cenderung dingin, padahal saat itu Indonesia diancam oleh sejumlah aksi pemberontakan.
Saat itulah kiai Wahab mencetuskan istilah halal bi halal sebagai ajang silaturahim antara elite politik. Faktanya, sampai sekarang tradisi itu tidak lagi milik elite politik, namun sudah menjadi bagian kultur masyarakat kita di saat lebaran.
Sejarah ini semakin memperkuat tidak ada tali putus antara politik dan lebaran. Kembali pada soal pilkada, lebaran kali ini menjadi momentum awal untuk memulai fase kampanye bagi elite-elite politik yang berniat maju dan berlaga di pilkada serentak tahun depan. Hal ini dilakukan untuk mengukur sekaligus testing the water sejauhmana peluang mereka diterima oleh publik.
Dagdigdug Empat Pilkada
Pada pilkada serentak 2018, terdapat sejumlah pilkada provinsi atau pemilihan gubernur yang diprediksi akan menarik perhatian politik nasional, sebut saja pilkada Jawa Barat, pilkada Jawa Tengah, pilkada Jawa Timur, dan pilkada Sumatera Utara. Kenapa menarik, karena tiga provinsi di Jawa tersebut jumlah pemilihnya hampir mendekati 60 persen pemilih nasional. Semebntara Sumatera Utara adalah pusat dinamika politik di pulau Sumatera.
Pilkada Jawa Timur sendiri akan lebih menarik dicermati jika dilihat dari sisi historis bagaimana pilkada di wilayah ini digelar. Tahun 2018, selain pemilihan gubernur, di provinsi ini juga akan digelar 19 pilkada di kabupaten/kota di Jatim. Inilah perhelatan politik besar di provinsi paling timur Pulau Jawa ini.
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur tahun 2018 menjadi menarik karena bursa nama yang muncul masih saja memunculkan dua nama yang selama ini menjadi kontestan “tetap” pilkada Jatim. Dua nama itu adalah petahana Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf dan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa. Dua nama ini di dua pilkada Jatim sebelumnya menjadi kontestan. Pada Pilkada Jatim 2008, Gus Ipul mendampingi Soekarwo sebagai calon wakil gubernur, sedangkan Khofifah menjadi calon gubernur berpasangan dengan Mudjiono.
Dua pasangan ini berhasil meraih suara terbanyak pertama dan kedua dan harus melalui putaran kedua. Di putaran kedua pasangan Soekarwo-Gus Ipul berhasil memenangi pilkada, meskipun harus melalui pemungutan suara ulang di wilayah di Madura. Pilkada Jatim 2008 termasuk yang banyak menguras energi, baik dari sisi biaya dan ongkos sosialnya. Pada pilkada 2013 keduanya kembali bertemu. Pasangan petahana (Soekarwo-Gus Ipul) kembali head to head dengan Khofifah yang berpasangan dengan Herman S.Sumawiredja. Hasilnya, pasangan petahana kembali mampu mempertahankan kekuasaannya.
Kini, bursa pilkada Jatim 2018, nama Gus Ipul dan Khofifah kembali maramaikan pemanasan mesin politik jelang pilkada tersebut. Keduanya dipastikan kalaupun maju tetap pada posisi orang nomor satu di Jatim. Namun, sejumlah hasil survei menyebutkan nama keduanya akan dibayangi oleh sejumlah nama tenar lainnya, seperti Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Bupati Banyuwangi Abdul Azwar Anas, Mantan Bupati Probolinggo Hasan Aminudin, dan sejumlah nama lainnya yang masuk dalam bursa nama pilkada Jatim.
Dan tidak sedikit selain nama-nama di atas, juga telah meramaikan sepanduk, baliho, banner, dan iklan-iklan jalanan yang memanfaatkan momentum lebaran. Boleh jadi mereka bukan sekadar berlaga di pilkada untuk pemilihan gubernur dan wakil gubernur, namun juga untuk berlaga di pilkada kabupaten/kota.
Jadi, genderang pilkada sudah dimulai, meskipun tahapan resmi belum dilakukan oleh penyelenggara pilkada. Kita, sebagai warga dan pemilih, menunggu saja agar pilkada tetap menghasilkan pemimpin yang berkualitas karena gegap gempita pilkada akan berlanjut hingga lebaran tahun depan. Salam (*)
**) Rully Anwar adalah pemimpin redaksi Portal Berita Josstoday.com dan Bumntoday.com
pilkada serentak pilkada jatim gus ipul khofifah azwar anas tri rismaharini