Perekenomian Jatim Tumbuh 5,45 Persen
Kepala Badan Pusat Statistik ( BPS) Jatim, Teguh Pramoni saat press conference di BPS Jatim Surabaya, Senin (5/2). (josstoday.com/Mar'atus Sholehah)
JOSSTODAY.COM - Kepala Badan Statistik Provinsi Jawa Timur, Teguh Pramono menyatakan perekonomian Jawa Timur tahun 2017 mengalami pertumbuhan hingga 5,45 persen. Pertumbuhan postif ini berada pada seluruh lapangan usaha di Jatim.
"Penyediaan akomodasi dan makan-minum mengalami pertumbuhan tertinggi hingga 7,91 persen. Selanjutnya, disusul oleh pertambangan dan penggalian sebesar 7,47 persen, lalu informasi dan komunikask sebesar 6,92 persen," katanya di BPS Jatim, Senin (5/2).
Teguh Pramono mengungkapkan, struktur perekonomian Jawa Timur menurut lapangan usaha 2017 didominasi oleh tiga sektor. Pertama industri pengelolaan sebesar 29,03 persen. Kedua, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 12,80 persen. Dan ketiga, sektor perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil-sepeda motor sebesar 18,18 persen.
Dia menambahkan, bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Jatim 2017, lapangan usaha industri pengelolaan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi. Kemudian disusul dengan perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, kontruksi serta penyediaan akadomasi dan makan-minum. Dan terakhir adalah pertanian.
"Lapangan usaha industri pengelolaan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 1,66 persen, diikuti perdagangan besar dan eceran, serta reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 1,14 persen; Kontruksi 0,63 persen; lalu penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 0,41 persen. Sementara itu, lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan memberikan sumber pertumbuhan sebesar 0,17 persen," jelasnya.
Dia juga memaparkan lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami pertumbuhan yang melambat dari 2,41 persen pada tahun 2016 menjadi 1,48 persen pada tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor internal maupun eksternal. Sedangkan usahan industri pengelolaan mengalami kenaikan dari 4,44 persen tahun 2016 menjadi 5,69 persen untuk tahun 2017.
"Faktor curah hujan tinggi dan serangan hama dibeberapa wilayah menyebabkan turunya produksi tanaman pangan, terutama padi. Faktor tersebut yang menyebabkan sub kategori tanaman pangan terkontraksi sebesar -2,18 persen. Sedangkan, pertumbuhan lapangan usaha industri tidak lain karena masyarakat yang terjun dalam bidang industri meningkat," jelas Teguh. (tus/mif)
ekonomi