Aksi HIPMI Jatim Kebut Program Pesantrenpreneur di 10 Ponpes
JOSSTODAY.COM - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jawa Timur mulai menggeber program penguatan ekonomi rakyat berbasis pesantren (Pesantrenpreneur). Program yang diinisiasi HIPMI Jatim ini untuk tahap awal bakal dilaksanakan di sepuluh pondok pesantren (ponpes) yang menjadi proyek percontohan (pilot project).
“Di sepuluh ponpes tersebut akan dibuka Ummat Mart, sebuah gerai yang memasarkan produk-produk yang dihasilkan para santri, UMKM di sekitar pesantren, maupun produk umum dari perusahaan,” ujar Ketua HIPMI Jatim Mufti Anam.
Dia menambahkan, saat ini, tim sedang mengebut persiapan di sepuluh ponpes yang tersebar di sejumlah daerah, mulai Pasuruan, Malang, Banyuwangi, hingga Probolinggo. “Peluncuran program ini dipusatkan di Ponpes Bayt Al-Hikmah Pasuruan pada 12 Mei mendatang,” ujarnya.
Program ini terselenggara berkat kolaborasi HIPMI, Kementerian Perdagangan, dan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo). Kolaborasi tersebut menghasilkan sejumlah program kerja untuk ekonomi pesantren.
Pertama, penumbuhan kewirausahaan santri. Tim bakal menggelar pelatihan kewirausahaan berkala di pesantren. Pemantik awalnya adalah saat peluncuran program yang menghadirkan para praktisi bisnis terkemuka, seperti Chairul Tanjung dan CEO Go-Jek Nadiem Makarim.
“Ini semacam ngaji bisnis, para santri belajar dunia usaha, sehingga diharapkan bisa menjadi pengusaha santri yang bisa berbisnis dengan sukses, menebar manfaat, dan penuh etika,” papar Anam.
Kedua, pendampingan manajemen perdagangan hingga pemasaran produk pesantren. Menurut Anam, setiap pesantren punya potensi bisnis yang bisa dikembangkan, misalnya pertanian, perikanan, dan makanan-minuman. HIPMI, Kemendag, dan Aprindo akan mendampingi untuk manajemennya.
“Bahkan ke depan sudah disiapkan agar produk pesantren bisa masuk ritel modern. Kan keren, misalnya produk pertanian organik pesantren di pelosok desa bisa mengisi gerai-gerai ritel modern di kota-kota besar,” jelas Anam.
Ketiga, mendorong pembiayaan yang ramah bagi usaha santri. Ada tiga skema, yaitu fasilitasi ke bank syariah atau bank wakaf mikro yang telah dilontarkan Presiden Joko Widodo, crowdfunding (pembiayaan bersama), dan angel investor.
”Secara berkala HIPMI juga menggelar kompetisi perencanaan bisnis pesantren berhadiah modal kerja, termasuk dipertemukan dengan angel investor. Santri mempresentasikan prospek bisnisnya ke investor untuk ikut mengembangkan bisnisnya,” terang Anam.
Anam bersyukur program Pesantrenpreneur mendapat dukungan dari berbagai pihak, seperti Kementerian Perdagangan. Bahkan, Presiden Joko Widodo menaruh perhatian luar biasa sejak program ini diinisiasi HIPMI Jatim pada pelaksanaan Rapat Pimpinan Nasional HIPMI, Maret lalu di Tangerang.
Dia menambahkan, pesantren adalah institusi yang punya rekam jejak panjang dalam mendidik umat. Dengan jumlah lebih dari 30.000 pesantren dan 5 juta santri serta puluhan juta alumnus di seluruh Indonesia, pesantren adalah entitas kuat yang tak hanya bisa menjadi pilar pendidikan umat, tapi juga berpotensi menggerakkan ekonomi umat. (irf)
HIPMI Jatim Pesantrenpreneur HIPMI