Jokowi Minta Masyarakat Tak Khawatir Hadapi Gejolak Ekonomi
Ilustrasi
JOSSTODAY.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat tidak terlalu khawatir menghadapi gejolak ekonomi belakangan ini, yang ditandai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat (AS). Presiden menyatakan, faktor tekanan eksternal menjadi penyebab pelemahan rupiah. Pemicunya adalah perang dagang antara AS dan Tiongkok, dan kebijakan Bank Sentral AS, The Fed menaikkan suku bunga.
"Saya kira, kita tahu semuanya tekanan ekonomi sekarang ini, terutama tekanan dari eksternal," kata Presiden Jokowi saat bertemu para wali kota di Ruang Garuda, Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (23/7).
Ia mengatakan, tekanan terhadap nilai tukar tidak hanya dialami Indonesia, tetapi juga banyak negara di dunia. "Semua negara merasakan bukan hanya Indonesia. Baik yang berkaitan dengan perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, juga yang berkaitan dengan kenaikan suku bunga The Fed di Amerika Serikat yang kita tidak bisa mengintervensi apapun dan semua negara, sekali lagi mengalami," katanya.
Pada kesempatan itu, Jokowi mengingatkan para pemimpin daerah mengikuti perubahan yang sedang bergulir saat ini agar tidak dilindas oleh perubahan. Disebutkan, pada revolusi Industri 4.0 saat ini, ada Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan entitas ilmiah, big data, internet of things, hingga 3D printing. Perusahaan konsultan manajemen multinational McKinsey & Company menyatakan, gelombang perubahan yang kini terjadi kecepatannya mencapai 3.000 Kali dibandingkan revolusi Industri pertama pada tahun 1750-an. "Kita harus sadar betul bahwa akan terjadi perubahan besar yang sangat cepat sekali. Kita harus mempersiapkan diri," katanya.
Menurut Presiden, pemerintah harus bekerja keras menghadapi gelombang perubahan itu dengan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) andal yang berdaya saing tinggi. "Kita harus menyiapkan SDM dalam menghadapi perubahan. Kalau selama empat tahun ini kita konsentrasi dan fokus ke infrastruktur, berikutnya bisa pada tahapan besar dan yang kedua adalah persiapan SDM," katanya. (is/b1)
Ekonomi