Pesan Haedar Nashir dalam Pidato Kebangsaan Muhammadiyah
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir saat pidato kebangsaan di Dome UMM, Minggu (12/8/2018).
JOSSTODAY.COM - Semangat keberagaman dan kebersamaan terasa kental di Hall Dome UMM, Minggu (12/8/2018). Berbagai tokoh agama kumpul bersama dalam acara Pidato Kebangsaan bertema Meneguhkan Nilai-Nilai Kebangsaan yang Berkemajuan Menyongsong Indonesia Emas dalam rangka menyambut HUT RI ke 73. Hadir dalam gelaran kali ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, tokoh Naudlatul Ulama, tokoh agama Katolik, Budha, Hindu, Konghucu, Penghayat Kepercayaan, dan Kristen.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan semangat kemerdekaan hendaknya juga dimiliki para elit politik dinegeri ini. Para pemimpin baik dilegilatafi, eksekutif, yudikatif dan berbagai macam institusi kenegaraan lain, musti menghayati dan menjadikan agama sebagai pola pikir dan pola tindak yang terintegrasi antara kata dan tindakan.
“Indonesia tidak mungkin menjadi kekuatan yang baku jika dalam tindakan wakil rakyatnya jauh dan tidak mempraktikkan nilai-nilai agama,” katanya.
Haedar menambahkan, meski para tokoh dan umat beragama sering begitu indah menyuarakan ukhuwah, kerukunan, persatuan, persaudaraan, perdaiamaian, toleransi dan nilai-nilai luhur agama pada ritual-ritual sosial, namun ternyata hal ini tidak mudah ditegakkan dalam kehidupan berpolitik, berekonomi, berbangsa dan bernegara.
“Manakala masuk ke ranah politik dan kekuasaan satu sama lain bisa jadi saling menerkam, buas dan rakus. Pada saat itulah agama dan Tuhan menjauh dari tokohnya dan dari umatnya,” tambah Haedar.
Ia pun menyampaikan, dalam konteks kehidupan berkebangsaan, Muhammadiyah mengajak semuanya agar menjadikan agama lebih dari sekedar ritual dan atribut simbolik. Sebaliknya, jadikan agama sebagai ajaran yang mencerahkan umat, mengeluarkan dari segala ketertinggalan, kebodohan dan kepura-puraan.
“Kita junjung tinggi nilai-nilai ritual sosial sebagai perekat dalam kita bermasyarakat, tetapi pada saat yang sama kita juga memerlukan bangsa ini maju ke depan dengan dinamis progresif dan berkemajuan,” paparnya.
Di akhir Haedar menegaskan, bagi Muhammadiyah negara dan pemerintahan harus benar-benar berdaulat termasuk dari hegemoni politik oligarki. Indonesia harus jadi milik semua jangan jadi milik segelintir orang atau kelompok tertentu seperti apa yang dipesankan Presiden pertama RI, Soekarno.
“Kita mendirikan suatu negara semua buat semua. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan. Tetapi semua bagi semua,” pungkasnya. (din)
Muhammadiyah