Terregra Garap Energi Terbarukan di Indonesia Timur dan Australia

josstoday.com

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

JOSSTODAY.COM - PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA) menargetkan dapat membangun pembangkit listrik yang memanfaatkan renewable energy (energi baru terbarukan/EBT) dengan kapasitas 500 megawatt (MW) hingga 2023 mendatang. Untuk itu, perusahaan membutuhkan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga US$ 1 miliar.

Managing Director PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA) Lasman Citra mengatakan, pendanaan capex akan dipenuhi dalam bentuk pinjaman sebesar 70 persen, sisanya 30 persen dari kas internal. "Untuk memenuhi kebutuhan investasi US$ 1 miliar, kami butuh tambahan ekuitas US$ 200 juta - US$ 300 juta," kata Lasman kepada media, Selasa (14/8).

Sementara untuk kebutuhan investasi tahun ini Terregra Asia Energy sudah mendapatkan persetujuan pemegang saham mencari pendanaan eksternal hingga Rp 500 miliar. TGRA sendiri sudah melakukan pembicaraan dengan sejumlah bank asing yang concern terhadap pengembangan renewable energy.

Dia mengungkapkan, perusahaan juga berencana melakukan penerbitan saham baru (right issue) pada tahun depan.
Sejauh ini, Terregra masih mengandalkan modal sendiri termasuk dana hasil initial public offering (IPO) yang digelar pada Mei 2017 lalu. Saat itu, perusahaan meraih dana segar Rp 110 miliar atas penjualan 20 persen saham di lantai bursa.

Khusus bisnis solar power, dijelaskan Lasman, perseroan fokus di Indonesia Timur dalam bentuk proyek rooftop. Skema bisnis ini business to business, dimana perangkat dipasang langsung ke userseperti hotel, vila maupun perkantoran. Tarif yang dibebankan tergantung jumlah pemakaian konsumen. Adapun bisnis rooftoppeusahaan dioperasikan oleh anak usaha bernama PT Ananta Surya Kencana (ASK).

Hingga akhir 2018 menurut Lasman, ASK akan memasang rooftopdengan kapasitas 2-3 MW. Sementara sekitar 15 lokasi sedang dalam tahap negoisasi pemasangan rooftop. "Semuanya fokus di Indonesia Timur karena pertimbangan tingkat radiasi matahari yang berbeda hingga 30 persen dibanding bagian Barat Indonesia," kata dia.

Pengembangan EBT dari sumber daya solar power dilakukan Terregra hingga Australia Selatan. Ada lima proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang dikembangkan dengan kapasitas masing-masing 5 MW. Untuk setiap proyek, perseroan menggelontorkan investasi sebesar 1,7 juta dolar Australila dan masuk tahap development approval.

Lasman mengatakan izin pengembangan PLTS di Australia relatif tak rumit karena hanya butuh dua izin. Sementara proses konstruksi engineering hanya butuh waktu 6 bulan. "Kondisi ini berbeda dengan di Indonesia yang butuh hingga 30 perizinan," kata dia.

Lasman meyakini hingga akhir 2018 penjualan perusahaan akan tumbuh sebesar 150 persen-200 persen. Target itu menurutnya merupakan lanjutan dari capaian kinerja 2017 dimana pendapatan perseroan tercatat melonjak 243,79 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp 37,92 miliar. Sementara laba bersih Rp 857,94 juta atau naik 452,26 persen yoy pada 2017.

PT Terregra Asia Energy