Ini Upaya Ditjen SDA Kempupera Antisipasi Kekeringan
Ilustrasi
JOSSTODAY.COM - Pada pengujung bulan Juli 2018, suhu udara di Indonesia kian meningkat. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya memprediksi, puncak musim kemarau akan terjadi pada bulan Agustus dan September. Saat ini sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau. Masyarakat mulai sulit memperoleh air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, atau untuk bertanam karena sumur warga mulai mengering.
“Indonesia memiliki 7,1 juta hektare (ha) sawah, dan hanya 11 persen dari angka tersebut terjamin oleh waduk,” jelas Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kempupera) Hari Suprayogi, dalam keterangan yang diterima redaksi, Senin (20/8).
Hari menjelaskan Indonesia memiliki 231 waduk, yang mencakupi sekitar 750.000 ha sawah di Indonesia dengan irigasi premium yang menjamin pasokan air selama musim kemarau.
Untuk sisa 6 juta ha yang tidak memiliki irigasi premium, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan BMKG bekerja sama membuat peta kekeringan guna memprediksi wilayah yang terkena dampak musim kemarau dan mengukur jumlah air yang dapat dialokasikan untuk penanaman. “(Ditjen) SDA juga menyiapkan pompa sentrifugal untuk membuat sumur dangkal, dan bekerja sama dengan masyarakat untuk mempersiapkan wilayah-wilayah persawahan yang paling kritis,” lanjut Hari.
Untuk desa dan daerah yang sebelumnya terkena dampak kekeringan seperti Gunung Kidul, dan Tasik Selatan, Kementerian Pekerjaan Umum telah menyiapkan dua titik pengeboran pada setiap balai, disamping program pengeboran dan pencarian sumber air yang sudah berjalan di 60 lokasi.
Setelah musim kemarau yang diprediksi berakhir pada akhir bulan September, Hari menyatakan pihaknya sudah mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasi musim hujan dan banjir. (fa/b1)
BMKG