Pengaturan Skor Penyebab Timnas Indonesia Tertinggal

josstoday.com

GelandangIndonesia Zulfiandi (kiri) berebut bola dengan pesepak bola Filipina Jovin Hervas (kanan) dalam laga lanjutan Piala AFF 2018 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu, 25 November 2018.

JOSSTODAY.COM - Kasus pengaturan skor yang terjadi di Indonesia ternyata membuat tim nasional (timnas) Merah Putih menjadi tertinggal dari negara tetangga, khususnya Filipina. Padahal sebelumnya mereka tidak ada apa-apanya beberapa tahun silam.

Namun sekarang, tim berjuluk The Azkals itu bisa berlaga di Piala Asia 2019 dan hanya kalah tipis 0-1 dari Korea Selatan yang merupakan tim piala dunia.

Pengamat sepakbola Akmal Marhali mengatakan selama 20 tahun terakhir sepakbola Indonesia dirusak oleh tindakan match fixing dan berada dalam situasi darurat karena hampir di semua level kompetisi terjadi pengaturan skor. Hal ini jelas merusak fondasi sepakbola Tanah Air yang berakibat pada mundurnya prestasi timnas baik di tingkat internasional dan ini jelas sangat merugikan bangsa.

"Untuk memerangi pengaturan skor, sudah sepatutnya Indonesia khususnya PSSI bisa berkaca serta belajar kepada Vietnam Football Federation (VFF) yang pernah ditimpa masalah serupa sejak 2005 lalu. Sepakbola Vietnam sempat sakit dan bahkan nyaris terkubur hidup-hidup karena masifnya pengaturan skor. VFF sukses memberantas mafia di negaranya dan kini sukses membuat timnasnya sebagai salah satu tim yang ditakuti di Asia Tenggara," ujarnya ketika dihubungi Suara Pembaruan, Rabu (9/1).

Tim berjuluk The Golden Star itu, lanjut Akmal, mampu menjuarai Piala AFF 2018 usai menyingkirkan Malaysia di partai final, bahkan Vietnam sempat menjadi satu-satunya wakil negara ASEAN di 100 besar peringkat FIFA pada akhir 2018 lalu. Selain itu, Liga Vietnam juga dipilih Federasi Sepakbla Asia (AFC) menjadi liga terbaik kategori berkembang di Asia periode 2018.

Menilik cara VFF memberangus mafia bola, PSSI sudah sepatutnya bertindak tegas. Federasi yang diketuai Edy Rahmayadi itu tidak boleh pandang bulu menghukum para mafia, meski anggota yang terlibat juga berasal dari tubuh PSSI. Menurutnya, kalau Indonesia tidak segera berbenah, bisa saja suatu saat disalip oleh Timor Leste. Hal itu terlihat pada Piala AFF lalu, Tim Garuda mengalahkan dengan susah payah.

"Jadi di sini PSSI jangan hanya berdiam diri saja dan harus dukung penuh dan bersinergi dengan Satgas Antimafia Bola bentukan Mabes Polri. PSSI juga harus berani bersih-bersih tubuhnya sendiri dan panggil orang yang terlibat pengaturan skor termasuk orang-orang besar, jangan hanya menghukum kelas teri saja," ujar Akmal.

"Hukum seberat-beratnya meskipun hukum pidana ada di tangan Satgas Antimafia Bola karena lebih berhak. Berikan semua data-data yang diperlukan satgas, jangan biarkan mereka kerja sendiri," ungkap Koordinator Save Our Soccer (SOS) itu.

Namun, sampai saat ini PSSI sangat lamban dan hanya mengumbar janji saja dengan menyatakan mendukung Satgas dan tidak ada tindakan konkret, termasuk masih menunggu terbentuknya Komite Ad hoc PSSI yang diklaim akan menjadi solusi di tengah merebaknya isu pengaturan skor.

Pendiri Ganesport Institute sebagai lembaga riset kebijakan olahraga, Amal Ganesha menilai induk sepakbola nasional PSSI tidak diawasi secara efektif selama bertahun-tahun, sehingga federasi ini sering mengalami krisis seperti pengaturan skor dan membuat menjadi tertinggal jauh dengan negara lain.

"Kasus match fixing terjadi karena lemahnya pengawasan. Di negara dengan industri sepakbola yang maju pun, match fixing bisa terjadi, namun dapat ditekan karena ada pengawasan yang efektif. Selain itu tidak adanya akuntabilitas, keterbukaan, dan transparansi yang nyata dari PSSI kepada publik. Mismatch antara ekspektasi PSSI dan publik inilah yang menyebabkan federasi ini terus menerus krisis, dan akan terus krisis jika tidak dipertemukan,” kata Amal Selasa (8/1).

Jika sebuah organisasi seperti PSSI imun terhadap pengawasan, maka kinerjanya akan sangat tidak kredibel. Dengan masuknya polisi ke ranah match fixing harus diapresiasi, karena memang PSSI tidak boleh kebal terhadap pengawasan.

“PSSI biasanya akan pakai senjata Statuta FIFA, di mana PSSI tidak boleh diintervensi negara. Ini tidak bisa digeneralisasi, tidak semua kasus PSSI bisa pakai landasan itu, apalagi match fixing bisa termasuk penipuan dan bisa ditindak hukum negara,” tegasnya.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Komjen Pol Raden Prabowo Argo Yuwono menjelaskan Satgas Antimafia Bola menetapkan satu lagi tersangka baru dalam kasus pengaturan skor yakni seorang wasit berinisial NS alias Nurul Safarid. Penyidik rencananya juga akan memeriksa asisten wasit dalam pertandingan tersebut.

"Ya akan kita periksa juga ya. Jadi yang dibicarakan apa (dalam pertemuan sebelum pertandingan), kita perlu tahu di situ. Apa yang dibicarakan di situ, yang ikut siapa saja. Nanti kita akan mengetahui peran masing-masing orang di pertemuan itu," kata Argo yang juga merupakan Ketua Tim Media Satgas Antimafia Bola.

Menyoal apakah ada indikasi praktik judi dalam penyelidikan Satgas Antimafia Bola sejauh ini, Argo menuturkan belum ada. Namun, bukan berarti tidak ada. "Kita belum mendapatkan informasi itu ya. Tapi kemungkinan semuanya bisa terjadi ya. Tapi kita belum mendapatkan adanya indikasi," tandasnya.

Diketahui, hingga saat ini polisi telah menetapkan lima orang tersangka terkait kasus dugaan pengaturan skor antara lain, wasit Nurul Safarid, anggota Exco PSSI Johar Lin Eng, mantan anggota Komite Wasit PSSI Priyanto, Anik Yuni Artikasari, dan mantan anggota Komisi Disiplin PSSI Dwi Irianto alias Mbah Putih.

Sekjen PSSI Ratu Tisha mengaku mengapresiasi kinerja dari Satgas Antimafia Bola dan mengimbau kepada para tersangka pengaturan skor untuk patuh kepada hukum. Setiap hal yang melanggar hukum memang harus diproses secara cepat.

“PSSI mendukung setiap hal yang berkaitan postif, yang ditegakkan oleh kepolisian, PSSI menghargai hal tersebut. Ikuti proses hukum dengan baik," ucapnya.

Tisha mengklaim telah membeberkan langkah PSSI terkait menumpas masalah match fixing. Saat dirinya diperiksa Satgas Antimafia Bola bentukan Mabes Polri, ia menjelaskan tupoksi struktur organisasi, standar dan mekanisme operating prosedur yang ada di PSSI, termasuk langkah-langkah yang sudah diambil PSSI dari 2017 untuk memerangi match fixing, mulai dari kerja sama dengan Genius Sport dan dengan JFA (Japan Football Association). Menurutnya PSSI juga akui ada keterbukaan antara PSSI dan pihak kepolisian untuk mengatasi masalah match fixing. (is/b1)

Pengaturan Skor Bola