Penduduk Miskin di Jatim Berkurang 0,13 Persen

josstoday.com

Ilustrasi

JOSSTODAY.COM - Badan Pusat Statistik Jawa Timur (BPS Jatim) mencatat, sampai dengan Desember 2018, jumlah penduduk miskin di Jatim mencapai 4.292.150 jiwa (10,85 persen), berkurang sebesar 40.440 jiwa dibandingkan dengan kondisi Maret 2018 sebesar 4.332.950 jiwa (10,98 persen).

Secara umum, pada periode Maret 2011 hingga September 2018 tingkat kemiskinan di Jatim mengalami penurunan, kecuali pada September 2013 dan Maret 2015. Peningkatan angka kemiskinan di September 2013 dan Maret 2015 tersebut, dilatari kenaikan harga barang pokok sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak.

“Kalau mengacu data periode Maret-September 2018, persentase penduduk miskin di Jatim mengalami penurunan sebesar 0,13 persen. Sedang sebelumnya, penduduk miskin di Jatim mencapai 10,98 persen pada Maret 2018 dan turun menjadi 10,85 persen pada September 2018,” ujar Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono yang dikonfirmasi, Jumat (18/1) tadi pagi.

Ia lebih lanjut mengungkapkan bahwa konsep (dasar pengukuran) kemiskinan yang digunakan dasar BPS adalah basic need approach. Karenanya, kemiskinan yang dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang dimaksudkan kebutuhan dasar makanan adalah pengeluaran untuk memenuhi konsumsi 2.100 kilo kalori (kkal) perkapita per hari (diwakili paket komoditi kebutuhan dasar makanan sebanyak 52 jenis komoditi).

Sedangkan kebutuhan dasar nonmakanan, yakni kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan dan lainnya (diwakili 51 jenis komoditi nonmakanan di perkotaan dan 47 jenis komoditi nonmakanan di pedesaan).

“Kalau dilihat dari periode Maret sampai September 2018, persentase penduduk miskin Jawa Timur menurun sebesar 0,13 persen, yaitu dari 10,98 persen pada Maret menjadi 10,85 persen pada September,” ujar Teguh

Teguh juga menjelaskan, bahwa penurunan selama satu semester tersebut, ditunjukkan dengan turunnya jumlah penduduk miskin sebesar 40.440 jiwa yang semula berjumlah 4.332.590 jiwa pada Maret menjadi 4.292.150 jiwa pada September 2018.

Beberapa faktor terkait dengan penurunan persentase penduduk miskin selama periode Maret-September 2018 antara lain adalah terjadinya inflasi umum sebesar 0,95 persen, beberapa komoditi mengalami perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK), seperti beras gula pasir, cabai rawit, cabai merah, bawang merah dan bawang putih. Yang terakhir, yakni indeks upah buruh tanaman pangan mengalami kenaikan sebesar 4,20 persen.

“Ditinjau secara daerah kota dan desa, selama periode Maret hingga September 2018 penurunan persentase penduduk miskin di Provinsi Jatim terjadi di perkotaan (0,08 poin persen) dan di pedesaan (0,09 persen),” tandas Teguh sambil menambahkan, kendati secara persentase terkesan kecil namun harus dinilai membanggakan karena jumlah total penduduk Jatim sebesar 39.075.300 jiwa.

Pada bagian lain Teguh membenarkan, bahwa berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), pada periode September 2018, garis kemiskinan meningkat sebesar 2,99 persen atau naik Rp 11.176 per kapita per bulan. Yaitu dari Rp 373.574 per kapita per bulan pada Maret 2018 menjadi Rp 384.750 per kapita per bulan pada September 2018.

Kenaikan garis kemiskinan di perkotaan lebih tinggi dibanding di perdesaan. Garis kemiskinan untuk perkotaan meningkat sebesar 3,72 persen dan untuk wilayah perdesaan sebesar 2,02 persen. (fa/b1)

BPS Jatim