Edy Mundur, Pengusutan Kasus Mafia Skor Lebih Leluasa

josstoday.com

Edy Rahmayadi menyampaikan keterangan kepada wartawan di Bali, Minggu (20/1).

JOSSTODAY.COM - Pemerhati sepakbola, Harry Gendhar Ruswanto mengatakan, pengunduran diri Edy Rahmayadi sebagai ketua umum PSSI merupakan momentum yang baik untuk mengungkap kasus pengaturan skor di kancah sepakbola nasional. Tim Satgas Antimafia Bola dapat secara leluasa melakukan upaya penyelidikan dan penyidikan sehingga membuat kasus yang sudah mencoreng olahraga nasional itu menjadi terang benderang.

“Mundurnya Edy, menurut saya, akan membuat kasus ini semakin terang benderang. Para pemain tentu tidak akan bisa lagi berlindung dan Satgas Antimafia akan semakin mudah membuka tabir bobroknya sepakbola Indonesia,” kata mantan Manajer Persitara dan Persebaya itu di Jakarta, Minggu (20/1).

Dia menilai, mantan Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad) merupakan orang baru di sepakbola nasional dan merasa kaget terhadap situasi yang terjadi saat ini. Setidaknya, kata dia, Satgas Antimafia Sepakbola sudah menetapkan 11 tersangka dalam kasus pengaturan skor.

“Ini saat tepat Pak Edy mundur dari posisi ketua umum PSSI. Beliau orang baru dan bersih di sepakbola, pasti kaget melihat bawahannya diciduk polisi terkait dugaan pengaturan skor dan match fixing. Pengunduran diri tepat saat kongres PSSI berlangsung,” kata dia.

Selama ini, dia melihat kasus mafia bola terdengar dan dirasakan, namun seperti hilang ditelan bumi. Pada saat ini, kata dia, momentum datang setelah pembentukan Tim Satgas Antimafia Sepakbola.

Harry memprediksi bahwa pengusutan kasus itu akan segera berakhir. Sebab, berdasarkan pengalamannya berkecimpung di sepakbola, banyak klub yang memilih bungkam, sehingga harapannya melalui keberadan Satgas dapat membantu pengungkapan kasus hingga tuntas.

“Seharusnya, ini menjadi saat yang tepat bagi klub-klub untuk terbuka, yang tentunya akan memudahkan Satgas bekerja. Kalau mau sepakbola bersih, keterbukaan klub-klub ini paling dibutuhkan,” jelas dia.

Seperti diketahui, setelah Edy mundur, jabatan ketua umum untuk sementara diisi Joko Driyono. Sesuai Pasal 39 Ayat 6 statuta PSSI, apabila ketua umum tidak ada atau berhalangan, maka wakil ketua umum dengan usia tertua akan menggantikannya.

“Kita semua menghormati keputusan Pak Edy yang mengundurkan diri. Kita juga mengapresiasi peran dan sumbangsih beliau untuk sepak bola Indonesia dalam dua tahun terakhir. Tantangan PSSI ke depan samgat berat. Karena itu, dibutuhkan kerja sama dan sinergi yang kuat dan solid baik internal PSSI maupun stakeholder lainnya,” kata Joko.

Joko mengatakan, dirinya akan fokus pada program yang disetujui Kongres PSSI, termasuk hal paling kontekstual adalah penguatan Komite Ad Hoc Integritas. Komite ini bertugas memerangi pengaturan skor dan manipulasi pertandingan serta membangun sinergi dengan pemangku kepentingan lain, terutama pihak kepolisian.

Kongres PSSI yang berlangsung di Bali, kemarin, mengesahkan terbentuknya Komite Ad Hoc Integritas. Komite dipimpin Ahmad Riyadh dengan wakil ketua Azwan Karim. Keduanya diberi waktu paling lambat dua minggu oleh para peserta kongres untuk melengkapi komite Ad Hoc Integritas PSSI dengan tiga sampai lima anggota setelah dikonsultasikan dengan komite eksekutif PSSI untuk ditetapkan.

Selain Komite Ad Hoc Integritas, kongres PSSI juga sepakat untuk membentuk lembaga independen yang berkaitan dengan wasit profesional, khususnya untuk Liga 1 dan Liga 2 Indonesia. PSSI fokus membangun lembaga tersebut dengan menyiapkan tiga pondasi awalnya. Ketiganya adalah sistem dan infrastruktur, manajerial, serta sumber daya manusia atau perangkat pertandingan. (ba/b1)

PSSI pengaturan skor bola