Curah Hujan Lebat Bergerak Ke Timur Indonesia

josstoday.com

Ilustrasi

JOSSTODAY.COM - Kondisi hujan lebat masih akan terjadi di wilayah Indonesia di minggu ketiga Maret 2019. Peningkatan curah hujan ini akan terjadi di wilayah timur Indonesia. Dari kondisi itu, perlu diwaspadai potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga telah memonitor perkembangan dan pengaruh dari fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang tumbuh dan berkembang di Samudera Hindia sejak beberapa hari lalu.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono Rahadi Prabowo mengatakan, dari kondisi MJO tersebut perlu diwaspadai peningkatan curah hujan di wilayah Sulawesi dan Papua. Sedangkan kawasan Nusa Tenggara masih berpotensi curah hujan tinggi, meski intensitasnya sedikit menurun dibanding minggu kedua Maret 2019.

"Kita monitor, MJO muncul sejak awal Maret meski saat ini intensitasnya mulai menurun dibanding awal Maret 2019," katanya di Jakarta, Senin (11/3/2019).

Hanya saja, meski intensitas curah hujan di wilayah barat menurun, kecenderungannya justru wilayah timur Indonesia akan lebih besar terdampak MJO ini.

MJO merupakan gelombang atmosfer di wilayah tropis yang tumbuh dan berkembang di Samudera Hindia akibat interaksi atmosfer dan lautan secara global. Kemudian MJO ini muncul antara periode 30-90 hari dan bergerak merambat ke arah timur.

MJO memiliki fase basah (konventif) dan fase kering. Kedua fase tersebut menghasilkan perubahan yang bertolak belakang terhadap kondisi curah hujan di wilayah terdampak.

Ketika fase basah, MJO memasuki wilayah Indonesia dan akan memberi pengaruh dalam peningkatan pasokan air yang berkontribusi pada pembentukan awan-awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah.

Apabila fase basah MJO memasuki wilayah Indonesia bersamaan dengan periode musim hujan maka akan berdampak pada peningkatan intensitas curah hujan di wilayah yang dilewatinya.

"Diperkirakan di minggu keempat Maret MJO akan mereda akan masa transisi ke musim kemarau," ucap Prabowo.

Sebelumnya, BMKG menyampaikan keterangan tertulis yang menyebutkan saat ini, MJO diperkirakan mulai bergerak merambat ke wilayah timur memasuki wilayah Indonesia.

Periode 8-14 Maret 2019 diperkirakan potensi hujan lebat akan terkonsentrasi di sebagian wilayah pulau Jawa dan wilayah Indonesia tengah dan timur.

Pada periode yang sama, diprediksikan akan terdapat beberapa sirkulasi siklonik dan daerah konvergensi yang juga dapat meningkatkan potensi curah hujan meski cenderung memiliki waktu kejadian yang relatif lebih singkat.

Daerah yang berpotensi hujan lebat akibat fenomena ini antara lain di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten dan DKI Jakarta.

Sementara itu, untuk potensi gelombang tinggi 2,5 hingga 4 meter diperkirakan terjadi di Selat Sunda bagian selatan, Perairan selatan Jawa hingga Lombok, Selat Bali hingga Selat Lombok bagian selatan, Samudera Hindia selatan Jawa hingga NTB, Perairan utara Kepulauan Kangean, Laut Jawa bagian timur. Selat Makassar bagian selatan, Laut Sumbawa, perairan Kepulauan Sangihe Talaud, Laut Flores, Laut Banda, perairan barat Kepulauan Kei, perairan utara Kepulauan Tanimbar, perairan Manokwari hingga Biak.

BMKG mengimbau masyarakat agar tetap berhati-hati dan waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi terusan akibat curah hujan tinggi berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang, petir dan jalan licin.

Prabowo menambahkan, ketika MJO muncul dengan periode tertentu dan terjadi di musim kemarau, bisa sedikit membasahi karena memberi dampak munculnya hujan saat kondisi kering.

"Kalau MJO terjadi pada periode pendek, maka April bisa terjadi lagi kemunculan pasokan uap air dan hujan," ungkapnya. (gus/b1)

BMKG hujan lebat