BMKG: Masuk Musim Kemarau, Curah Hujan Berkurang

josstoday.com

Ilustrasi

JOSSTODAY.COM - Meskipun diperkirakan masih akan terjadi hujan dengan skala lokal, memasuki minggu kedua Mei 2019, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan curah hujan di wilayah Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi (Jabodetabek) serta Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai berkurang menuju periode musim kemarau.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono Rahadi Prabowo mengatakan, dampak aktivitas gelombang atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) yang membuat curah hujan meningkat mulai berkurang.

"Efek MJO sudah mulai lewat. Selain itu, efek El Nino skala lemah hingga netral sehingga periode ini mengawali masuknya musim kemarau," katanya saat dihubungi SP di Jakarta, Senin (6/5).

Mulyono menambahkan, BMKG masih terus memantau perkembangan cuaca. Sebab dari prakiraan sebelumnya, hingga Senin (6/5) masih ada sejumlah daerah yang dilanda hujan dan gelombang tinggi di beberapa perairan.

"Melihat kondisi yang ada gejala cuaca ekstrem berkurang dan kecenderungan masuk musim kemarau," ucapnya.

Aktivitas MJO yang terjadi pada akhir April hingga awal Mei 2019 cukup signifikan di wilayah Barat Indonesia dan Jakarta. Berdasarkan pantauan BMKG, MJO tersebut sudah melewati wilayah Indonesia meski di sejumlah wilayah timur masih terkena dampaknya.

Menurutnya, di beberapa tempat masih ada potensi terjadinya cuaca yang signifikan (curah hujan) hanya saja sifatnya lokal atau tidak merata.

"Minggu sore wilayah Jabodetabek banyak hujan, sifatnya lokal. Hal yang sama juga terjadi di Jawa Barat bagian barat," ungkap Mulyono.

Masuknya periode musim kemarau juga ditandai pola angin timur ke tenggara. Ia menjelaskan, secara umum pada Mei 2019, wilayah NTB dan Jawa Timur mulai memasuki musim kemarau. Bahkan di bulan April 2019, wilayah NTT dan NTB sudah masuk musim kemarau. Memasuki Juni, musim kemarau di wilayah Jawa Barat meluas.

Dengan pola angin timur tenggara mengakibatkan curah hujan berkurang. Meski begitu, di beberapa wilayah masih ada potensi pertumbuhan awan curah hujan seperti di Selat Sunda antara Jawa bagian barat dan Sumatera bagian selatan. Namun pertumbuhan awan tersebut tidak terlalu meluas.

Selain itu di wilayah Belitung Selatan, Kalimantan bagian timur, perbatasan Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara bagian timur, Jambi dan Riau Kepulauan, Sulawesi Tengah bagian timur, Maluku dan Papua juga masih berpotensi hujan.

Sementara itu untuk potensi gelombang tinggi 2,5 hingga 4 meter, hingga Senin (6/5) diperkirakan dapat terjadi di Perairan Sabang, Perairan Barat Aceh, Perairan Barat Pulau Simeulue, Kepulauan Mentawai, Samudera Hindia Barat Sumatera, Perairan Selatan Banten, Samudera Hindia Selatan Banten hingga Jawa Barat, Laut Arafuru bagian barat - tengah, Perairan Selatan Kepulauan Sermata Babar, Perairan Kepulauan Tanimbar dan laut Banda bagian timur.

"Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin," ungkapnya.

Sebelumnya Deputi Klimatologi BMKG Herizal menjelaskan, dari total 342 zona musim (zom) di Indonesia, sebanyak 79 zom (23,1%) diprediksi akan mengalami musim kemarau pada April 2019 yaitu di sebagian wilayah Nusa Tenggara, Bali dan Jawa.
Kemudian wilayah yang akan memasuki musim kemarau pada Mei 2019 sebanyak 99 zom (28,9%) meliputi sebagian Bali, Jawa, Sumatera dan sebagian Sulawesi.

Sementara itu, di 96 zom (28,1%) mengalami musim kemarau pada Juni 2019 di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua.

Herizal menambahkan, beberapa wilayah harus waspada karena akan mengalami musim kemarau lebih awal yaitu di sebagian wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Timur bagian timur, Jawa Tengah, Jawa Barat bagian tengah dan selatan, sebagian Lampung, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Timur dan Selatan.

Sementara itu, wilayah yang diperkirakan mengalami musim kemarau lebih kering akan terjadi di wilayah NTT, NTB, Bali, Jawa bagian selatan dan utara, sebagian Sumatera, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggaea dan Merauke.
BMKG memprediksi puncak musim kemarau akan terjadi bulan Agustus-September 2019. (gus/b1)

BMKG Musim Kemarau musim hujam