AMSI: Pandemi Tuntut Media Bekerja Lebih Keras

josstoday.com

Ilustrasi Wartawan

JOSSTODAY.COM - Pada masa pandemi Covid-19 dan peristiwa politik, peran media sangat dibutuhkan, khususnya untuk menangkal berita bohong (hoax) dan ujaran kebencian (hate speech), bahkan konten receh yang banyak beredar di platform digital. Seperti diketahui, itu semua banyak bermunculan utamanya saat terjadinya kejadian besar.

Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wens Manggut mengungkapkan, dunia digital termasuk didalamnya industri media saat ini tengah mencari titik keseimbangan baru. Digital yang tadinya menjadi solusi, kini bisa menjadi bagian dari masalah. Dalam hal ini, AMSI yang sudah berdiri selama 4 tahun dan menjadi bagian dari ekosistem digital itu memiliki fungsi untuk mencari solusi atas masalah tersebut.

“Kalau ada masalah politik, Pemilu, bencana alam maka (hoax, hate speech, konten receh) selalu naik. Jadi, dia selalu menumpang di peristiwa-peristiwa besar. Dalam kondisi terakhir ini, ada dua peristiwa besar, pandemi dan Pilkada. Ada dua gelombang besar yang berpotensi ditumpangi para pecinta hoax atau hate speech,” ujarnya dalam pembukaan Indonesia Digital Conference (IDC) 2020 yang digelar oleh AMSI secara virtual, Selasa (15/12/2020).

Dalam kondisi tersebut, AMSI, jelas Wens telah menggelar beberapa program untuk menekan sisi buruk penggunaan platform. Pertama, cek fakta Pilkada, bekerja sama antara lain dengan KPU dan Bawaslu. Kedua, kerja sama dengan pemerintah Belanda khususnya dalam hal data. Ketiga, melalui gelaran IDC diharapkan bisa menemukan solusi dalam memecahkan kesulitan selama masa pandemi.

Lebih lanjut, dikatakan Wens, pandemi juga menuntut industri media untuk lebih berperan dalam hal menyampaikan informasi. Dari 400 media yang berada di Indonesia, katanya, industri ini sangat diharapkan untuk memberikan edukasi. Meski kondisi keuangan perusahaan media juga mengalami guncangan akibat pandemi, namun berbeda dengan perusahaan di industri lainnya.

“Industri yang lain mungkin berpikir tutup saja perusahaannya, lalu nego salary dengan karyawan. Tetapi media tidak bisa begitu, media di saat genting seperti sekarang orang justru butuh informasi. Artinya, media dituntut untuk bekerja lebih ekstra daripada situasi normal,” kata dia.

Sebab, lanjut Wens, industri media secara umum, pandemi ini merupakan pukulan yang sangat berat. Kondisi yang tidak menentu, membuat masyrakat masih banyak bertanya-tanya dan membutuhkan informasi, misalnya saja soal cara memakai masker yang benar. Sehingga, media dapat memberikan pencerahan kepada publik. Namun, diakuinya media juga punya keterbatasan di mana operasionalnya terganggu karena pendapatannya berkurang.

Wens menambahkan, ada dua hal yang memukul dunia media saat ini, bukan hanya ke media lokal, tapi juga internasional. Yakni, disrupsi dan pandemi. Oleh karena itu, melalui gelaran IDC 2020 yang berlangsung 15-16 Desember dan menghadirkan 25 narasumber, AMSI ingin mencari titik temu bagaimana arah media kedepannya dan juga bagaimana sebaiknya pola hubungan media dengan aplikasi dan perusahaan teknologi.

Dalam gelaran ini, AMSI dikatakannya juga akan merekam solusi-solusi apa yang didapatkan dan menjalain kolaborasi dengan banyak pihak agar bisa mengaplikasikan hal-hal baik pada teknologi kepada masyarakat luas. “Ekspektasi kita publik mengetahui betul inovasi apa saja yang dilakukan oleh teman-teman di BUMN, Pemerintah Daerah, dan industri umum. Di digital sebetulnya makin kolaboratif makin efisien, makin efektif. Sehingga nanti bisa bertemu di satu tempat dan kita cari kolaborasi di titik mananya,” harapnya. (fa/b1)

 

AMSI Pandemi Covid-19