Sering Migrain? Segera Ubah Gaya Hidup Anda!

josstoday.com

JOSSTODAY.COM - Penyakit migrain tidak bisa dianggap sebelah mata karena bisa menganggu aktivitas sehari-hari. Maka dari itu Siloam Hospitals Jambi memberikan edukasi kepada masyarakat luas untuk penanganannya.

Dokter Spesialis Saraf dari Siloam Hospitals Jambi, dr Harly MT Lumbantoruan, SpS mengatakan, berbagai faktor dapat menyebabkan migrain, baik genetik maupun lingkungan. Migrain adalah sakit kepala yang terasa berdenyut dan biasanya terjadi pada satu sisi kepala saja.

"Penanganan untuk penyakit ini adalah melalui kombinasi perawatan mandiri, obat, serta perubahan gaya hidup," ungkap dr. Harly dalam keterangannya pada Jumat (23/4/2021).

Migrain merupakan penyakit saraf yang dapat menimbulkan gejala, seperti mual, muntah, serta sensitif terhadap cahaya atau suara. Serangan migrain dengan rasa nyeri yang mengganggu dapat berlangsung selama beberapa jam atau beberapa hari.

Meski penyebabnya masih belum bisa dipastikan, lanjut dia, tetapi migrain juga bisa terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya, terjadi perubahan hormon pada wanita, pola diet, konsumsi makanan tertentu (kafein dan alkohol), asap rokok, bau yang menyengat, stres dan depresi, serta kelelahan.

"Sementara keluhan migrain kerap diikuti dengan tubuh berkeringat, di sebagian orang yang terkena merasakan badannya dingin atau bahkan panas, adanya sakit perut atau diare serta sulit berkonsentrasi," tutur Harly

Migrain sangat sering terjadi ketika masa pubertas. Gejalanya terbagi dalam empat tahapan, meski tidak semua orang mengalami semua tahap tersebut. Tahap-tahap itu adalah:

1. Prodromal
Tahapan ini biasanya muncul satu atau dua hari sebelum serangan migrain. Gejala yang terjadi pada tahap ini berupa suasana hati yang mudah berubah, adanya keinginan untuk mengonsumsi makanan tertentu, leher menjadi kaku, menjadi sering menguap, mengalami sembelit, sering buang air kecil, dan merasa haus.

2. Aura
Tahapan ini biasanya terjadi sebelum atau selama serangan migrain. Gejalanya berupa gangguan penglihatan, seperti misalnya pandangan kabur. Selain itu, pengidap juga mengalami gangguan sensorik, verbal, dan motorik. Setiap gejala akan terjadi secara perlahan, dan bisa bertahan antara 20–60 menit.

3. Serangan sakit kepala
Tahapan ini dapat berlangsung antara 4 hingga 72 jam. Beberapa gejala yang muncul yaitu sakit kepala hanya pada satu sisi, kepala terasa seperti berdenyut atau kesemutan, pening, mual, muntah, dan menjadi sensitif pada suara, bau, cahaya, atau sentuhan.

4. Resolusi
Tahap terakhir ini muncul setelah migrain. Biasanya, resolusi terjadi sekitar 24 jam setelah serangan migrain. Gejala yang terjadi berupa perubahan suasana hati, kelelahan, sakit kepala ringan, kelelahan, dan hipersensitif terhadap suara maupun cahaya.

Dilihat dari jenis serangannya, migrain terbagi menjadi tiga. Pertama, migrain tanpa aura. Sakit kepala ini terjadi secara mendadak tanpa diawali dengan gejala apapun. Jenis migrain ini paling banyak terjadi, dan terkadang serupa dengan gangguan kesehatan sinusitis.

Kedua, migrain dengan aura. Migrain yang terjadi dengan aura diawali dengan gejala tahapan aura sebelum akhirnya terjadi sakit kepala muncul.

Ketiga, migrain dengan aura, tetapi tanpa sakit kepala. Kondisi ini dikenal dengan istilah silent migraine, diawali dengan semua gejala migrain, tetapi tidak disertai dengan sakit kepala.

Diagnosis migrain, menurut Harly didapatkan oleh dokter umum atau dokter spesialis saraf setelah mengetahui riwayat penyakit pengidap beserta keluarga, juga gejala yang muncul.

"Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, biasanya termasuk pemeriksaan kondisi saraf. Untuk memastikan bahwa migrain bukan terjadi karena kondisi lain, turut dilakukan beberapa jenis pemeriksaan lanjutan, yaitu tes darah, olah pindai CT scan dan fungsi lumbal," tutup Harly. (fa/b1)

Migrain Sakit Kepala