Analis: Undervalued, Saham BUMN Menarik untuk Dikoleksi

josstoday.com

Pialang memantau pergerakan saham di sebuah sekuritas di Jakarta.

JOSSTODAY.COM - Chief Executive Officer PT Elkoranvidi Indonesia Investama Fendi Susiyanto mengatakan bahwa, kinerja harga saham-saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saat ini masih jauh di bawah fundamental alias undervalued. Sehingga saham-saham ini masih berpeluang besar untuk mengalami kenaikan/potential upside ke depannya.

Teridentifikasi sebanyak 16 saham BUMN yang secara fundamentalnya masih undervalue, dari sektor perbankan salah satunya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).

“Saham-saham ini masih berpeluang besar meningkat harga sahamnya sejalan dengan mulai pulihnya penyaluran kredit,” jelasnya kepada Investor Daily, Selasa (15/6/2021).

Hal yang sama juga terjadi pada saham-saham BUMN karya seperti PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) dan juga PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Menurut dia, menurunnya harga saham ini tidak serta merta menjadi tanda bahwa kinerja yang dihasilkan kurang memuaskan. Ada beberapa faktor yang menjadi sebab.

Pertama, saham-saham BUMN sangat sensitif terhadap sentimen dari outlook pertumbuhan ekonomi lantaran hal itu seringkali dijadikan acuan oleh para investor asing dalam menentukan langkah berinvestasi.

Kedua, meningkatnya yield obligasi Amerika Serikat sejalan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sedang bertumbuh dimanfaatkan sebagai ajang profit taking jangka pendek dan diikuti oleh investor dalam negeri. Untuk diketahui, Fendi mengatakan, besar kapitalisasi pasar saham-saham BUMN menjadi penyumbang kenaikan indeks dari level 5.800 ke level saat ini yakni 6.000.

Sementara itu, analis HP Sekuritas Liza Camelia mengatakan, dari sektor infrastruktur PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) masih menjadi perusahaan telekomunikasi terbaik dibanding rivalnya yaitu ISAT, PT XL Axiata Tbk (EXCL) dilihat dari sisi ROE & PE ratio.

“Bahkan dari sisi teknikal, TLKM tengah bergerak naik dalam pola parallel channel uptrend jangka pendek yang mana mempunyai potensi kembali ke level previous high 3640-3720, dengan syarat TLKM tidak jatuh ke bawah level 3370,” kata Liza.

Liza menambahkan, rencana pemerintah untuk melanjutkan pembangunan pada tahun ini akan menjadi katalis positif untuk meningkatkan harga saham emiten infrastruktur. Untuk diketahui, pemerintah Indonesia memutuskan untuk meningkatkan anggaran infrastruktur pada tahun 2022 menjadi sebesar Rp 450 triliun, naik 7,81% dari tahun ini yang sebesar Rp 417.4 triliun.

“Anggaran ini diharapkan bisa memompakan darah segar ke keuangan emiten terutama untuk mengalirkan kembali positive cash flow, yang tadinya juga diharapkan dari dana SWF ataupun dari divestasi aset konsesi mereka,” pungkas Liza. (ba/b1)

BUMN Recomendasi Saham ISHG