Eks Menlu AS Siap Masuk Islam
Mantan Menlu AS Madeleine Albright.
JOSSTODAY.COM - Mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Madeleine Albright siap masuk Islam, sebagai bentuk protes atas kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memperketat pergerakan imigran khususnya dari kalangan Muslim.
Albright ingin menunjukkan solidaritasnya terhadap warga muslim AS. "Saya dibesarkan sebagai Katolik, menjadi Episkopal dan mengetahui keluarga saya adalah Yahudi. Kini saya siap mendaftarkan diri sebagai Muslim #solidaritas," demikian tulis Albright di akun Twitternya seperti diberitakan The Telegraph, Sabtu (28/1/2017).
Menteri di era Presiden AS Bill Clinton itu juga pernah menyatakan akan membela kalangan muslim di Negeri Paman Sam jika Trump menerapkan peraturan pemeriksaan ketat bagi mereka. Sejumlah rumor beredar bahwa Trump akan membuat sebuah database khusus warga Muslim AS yang digunakan pemerintah untuk mengawasi pergerakan mereka.
"Jika kalian (pemerintah) memaksa kaum Muslim melaporkan diri mereka, kami semua akan mendaftar dan melapor sebagai kaum Muslim. Tidak ada cap (yang membedakan) pada Patung Liberty. Amerika harus tetap terbuka untuk semua orang dari berbagai latar belakang," tegas Albright saat aksi unjuk rasa "Women`s March" yang ditujukan sebagai aksi proses terhadap Trump pada Sabtu pekan lalu.
Sebelumnya diberitakan, pemerintah Amerika Serikat (AS) resmi melarang masuknya pengungsi asal Suriah ke wilayahnya. Kebijakan diberlakukan untuk menjaga AS dari kelompok Islam radikal. Presiden AS Donald Trump telah menandatangi kebijakan tersebut di Pentagon, usai pengambilan sumpah Jenderal James Mattis atau Mad Dog sebagai Menteri Pertahanan.
"Saya memastikan langkah-langkah pemeriksaan baru untuk memastikan teroris Islam radikal dibersihkan dari Amerika Serikat. Kami hanya memberikan izin masuk ke Amerika pada mereka yang siap mendukung negara ini dan mencintai warga negara ini," kata Trump saat pidato dalam upacara pelantikan tersebut seperti dikutip BBC, Sabtu (28/1/2017).
Larangan pengungsi Suriah ditetapkan sebagai Program Penerimaan Pengungsi AS selama 120 hari. Beberapa hal yang disepakati adalah melarang pengungsi dari Suriah hingga ada perubahan signifikan, selama 90 hari menghentikan kedatangan pengungsi dari Irak, Suriah dan beberapa area yang menjadi perhatian seperti Iran, Libya, Somalia, Sudan dan Yaman.
Program itu juga memprioritaskan pengungsi yang dianiaya atas dasar agama, tapi hanya jika orang tersebut adalah pemeluk agama minoritas dari negara asalnya. Trump sekaligus membatasi penerimaan pengungsi hanya sebanyak 50.000 orang pada 2017. Jumlah ini kurang dari setengah batas kebijakan mantan Presiden AS Barack Obama.
AS mengatakan, semua program imigrasi harus mencakup pertanyaan untuk "mengevaluasi kemungkinan pemohon menjadi anggota yang memberikan kontribusi positif sebagai masyarakat". Dalam sebuah wawancara TV yang disiarkan pada Jumat, Presiden mengatakan bahwa pemeluk Kristen akan diberikan prioritas dibanding warga Suriah yang mengajukan permohonan status pengungsi di masa depan.(far)
Mantan Menlu AS Madeleine Albright Pengungsi Suriah Donald Trump