Lebaran dan Rekonsiliasi Bangsa
Ilustrasi
JOSSTODAY.COM - Oleh Rully Anwar **)
Sebuah bangsa dilahirkan karena adanya persatuan dan kesatuan di dalamnya. Bicara persatuan karena di dalam bangsa itu menyimpan aneka perbedaaan. Sementara berbicara kesatuan karena di dalamnya sekaligus menyimpan persamaan. Sejak dilahirkan, bangsa ini sudah menyadari dirinya menyimpan keragaman dan kesamaan. Menjadi aneh jika kemudian sesuatu yang sejak lahir melekat kuat tersebut kembali menjadi masalah atau dibuat jadi masalah.
Tentu, publik masih ingat memori pertarungan dan kontestasi di Pilkada DKI, yang diakui atau tidak, turut memicu ketegangan sosial. Ketegangan melahirkan dua kelompok besar, pendukung dan penentang Ahok. Sampai di sini persoalannya wajar karena terkait kontestasi para pendukung. Menjadi tidak wajar jika kemudian muncul dualisme kelompok. Pro Ahok dipandang tidak menghargai agama dalam konteks sosial politik. Hal ini terkait kasus Ahok yang dinilai menistakan agama. Sementara yang kontra Ahok dipandang anti keberagaman. Inilah salah paham berjamaah yang kemudian semakin menguat karena perilaku publik yang semakin liar dengan dukungan sosial media.
Parahnya lagi ketegangan ini kemudian menular ke sejumlah wilayah di nusantara, tidak saja di Jakarta. Aksi menyalakan lilin yang dipandang sebagai kelompok pro Ahok kemudian disusul dengan gerakan seribu bedug karena menjelang Ramadhan yang dipandang sebagai perwakilan anti Ahok. Beruntung Ramadhan sedikit banyak meredakan ketegangan. Inilah berkah yang tidak kita sadari. Namun, ketegangan ini boleh jadi masih menyimpan bara dalam sekam. Apalagi momentum kontestasi politik tidak berhenti di Pilkada DKI. Tahun 2018 bangsa ini akan menghelat pilkada serentak gelombang ketiga yang melibatkan 171 daerah kabupaten/kota. Tahun depannya lagi, puncak kompetisi politik dimulai dengan digelarnya Pemilu dan Pilpres 2019.
Nah, menghadapi momentum-momentum politik ke depan tersebut, rasanya bangsa ini perlu menguatkan kembali identitas kebangsaannya. Sebuah survei media nasional menyebutkan bangsa ini sebenarnya masih kuat menginginkan bangsa ini tetap kuat dengan identitas kebangsaannya yang beragam dan bersatu. Persatuan dan kesatuan adalah identitas bersama yang tidak mungkin dilupakan atau diubah. Bangsa ini lahir dan besar juga akibat keragamaan dan kebhinekaannya. Apalagi dengan keberagaman agama yang selama ini hidup berdampingan secara damai dan kuat.
Bangsa ini perlu menemukan momentum untuk menguatkan kembali ikatan kebangsaannya. Perlu membuka kembali sejarah bangsa yang tercatat tidak pernah ada bangsa ini diperjuangkan dengan dasar sektarianisme atau ikatan-ikatan parsial atau kelompok. Semua perjuangan yang dilakukan dasarnya adalah kecintaan dan kerelaan berkorban untuk membela bangsa ini. Nah, momentum itulah yang harus diperkuat dan diciptakan untuk membangun ruang publik yang kondusif bagi upaya penguatan ikatan kebangsaan ini.
Idul Fitri adalah momentum emas bagi terwujudnya rekonsiliasi bangsa. Kenapa rekonsiliasi perlu dilakukan? Rekonsiliasi adalah jalan untuk merumuskan jalan tengah agar bangsa ini tetap kuat di tengah guncangan dan serangan dari kekuatan-kekuatan yang tidak ingin bangsa ini besar dan kuat. Rekonsiliasi itu sikap saling memahami ada persoalan besar yang menjadi kebutuhan bersama, yakni keutuhan bangsa. Idul fitri adalah sarana yang pas untuk merajut kembali kebangsaan kita yang sempat terkoyak. Rekonsiliasi adalah upaya memaafkan apa yang menjadi kesalahan bersama kita sebagai bangsa, tanpa melupakannya. Kenapa tidak dilupakan? Agar kita mengingat-ingat ada kesalahan besar jika kita mengorbankan kepentingan bangsa hanya demi kepentingan golongan.
Bagaimanapun kita harus menyadari Idul Fitri bukanlah sekadar ritual penting bagi umat muslim. Idul fitri di negeri yang beragam seperti Indonesia ini bagaikan festival besar merayakan kebersamaan. Idul Fitri akan menguatkan semangat persatuan dan kesatuan kita sebagai sebuah bangsa. Tradisi saling memaafkan menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dengan festival besar tersebut. Sikap saling memaafkan itu meneguhkan pentingnya prinsip kebenaran dan rekonsiliasi dalam kehidupan berbangsa. Dengan begitu, Idul Fitri akan membuka ruang untuk berdamai, bersatu padu, bergotong royong mengatasi persoalan bangsa secara bersama. Jika ini bisa dilakukan, Idul Fitri tidak sekadar ritual keagamaan semata, namun sudah menjadi ritual kebangsaan. Ritual kebangsaan untuk meneguhkan kembali nilai dan identitas kita sebagai sebuah bangsa. Semoga!
**) Rully Anwar adalah pemimin redaksi Portal Berita Josstoday.com dan Bumntoday.com
rully anwar today review