Banyak Profesi yang Hilang di Era Digitalisasi, Ini Solusinya

josstoday.com

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jawa Timur, Setiajit SH MM

JOSSTODAY.COM - Era digitalisasi yang terjadi sangat cepat membantu kehidupan manusia menjadi lebih mudah dan praktis dengan layanan yang lebih pribadi (private) dan transparan (real time). Namun demikian, era digitalisasi juga memangkas bahkan menghapus banyak profesi atau jabatan karena tergantikan oleh teknologi.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jawa Timur, Setiajit SH MM mengatakan bahwa paling tidak pihaknya mengidentifikasi ada sekitar 20 jenis jabatan yang kini sudah hilang atau terhapus karena tergantikan peran atau fungsinya oleh teknologi.

“Di era industri digital saat ini yang dikenal sebagai era 4.0, ada beberapa jabatan yang hilang karena tergantikan peran dan fungsinya oleh teknologi. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah, dunia usaha, dan dunia pendidikan untuk menyiasatinya,” katanya di Surabaya, Kamis (8/3) ini.

Menurut Setiajit, beberapa jabatan yang hilang karena tergantikan teknologi digital di antaranya adalah keberadaan tukang pos yang telah tergantikan oleh email, kasir atau teller di perusahaan atau perbankan yang tergantikan oleh sistem e-money, atau keberadaan petugas di gate tol yang tergantikan oleh sistem e-toll.

“Bahkan saat ini, profesi penerjemah juga sudah tidak begitu dibutuhkan karena orang sudah bisa translate bahasa dengan bantuan google,” ujarnya. Selain itu, ia juga menyoroti banyak tenaga kerja di industri retail yang terpaksa dirumahkan atau mengalami pengurangan karena tergantikan oleh sistem e-commerce yang marak di dunia maya.

Dengan adanya beberapa jabatan atau profesi yang hilang tergantikan oleh teknologi digital tersebut, maka menjadi tantangan bagi pemerintah dan dunia pendidikan seperti perguruan tinggi dan sekolah kejuruan untuk melakukan perubahan kurikulum atau sistem pelatihan kerja.

“Sekolah dan perguruan tinggi harus melakukan lompatan-lompatan seperti tuntutan era 4.0 tersebut. Karena kalau terlambat antisipasi, maka akan ada lompatan-lompatan berikutnya yang pasti membuat kita semakin ketinggalan,’ paparnya.

Ia mengakui, pemerintah dan dunia pendidikan kerap kali ketinggalan dengan perkembangan teknologi yang berjalan begitu cepat dan menyentuh semua bidang kehidupan. Ini karena mereka terbiasa reaktif menghadapi perubahan daripada antisipatif.

“SMK atau perguruan tinggi, misalnya, harus mengubah pola pendidikan sekretaris tidak perlu lagi pekerjaan-pekerjaan TU (tata usaha, Red) karena sudah tergantikan oleh TI (teknologi informasi, Red),” ujarnya.

Kendati demikian, ada beberapa pekerjaan tertentu yang diyakini tidak akan tergantikan oleh kehadiran teknologi digital seperti artificial intelligent sekali pun. Misalnya pekerjaan yang membutuhkan sentuhan-sentuhan kemanusiaan seperti profesi guru TK, SD, atau profesi psikolog dan relawan. Pekerjaan-pekerjaan seperti ini tak akan tergantikan oleh mesin atau teknologi.

Hal yang sama disampaikan pengamat sosial Prof Hotman Siahaan dari Universitas Airlangga. Ia juga menyoroti bahwa digitalisasi telah menghilangkan banyak peluang kerja. “Banyak bidang kerja yang akan tutup. Mal-mal bahkan perguruan tinggi juga terancam tutup. Karena itu pemerintah dan dunia pendidikan harus menyiapkan tenaga kerja yang juga terampil di bidang TI,” paparnya.

Bagaimana pemerintah khususnya pemprov Jatim dan dunia pendidikan serta dunia usaha menyikapi persoalan ketenagakerjaan ini akan dikupas tuntas dalam diskusi publik bertema “Tantangan Penyediaan Lapangan Kerja di Era Digitalisasi” yang digelar, Jumat (9/3), di Kantor Disnakertrans Jatim.

Diskusi akan menghadirkan para pembicara yakni Kepala Disnakertrans Jatim Setiajit SH MM, pengamat sosial Unair Prof Hotman Siahaan, Ketua Umum DPP Asosiasi Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (Aspataki) Drs Saiful Mashud, dan Sekretaris Umum DPP Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jatim Dr Heribertus Gunawan MBA. (ru/rs/pr)

Disnakertrans Jawa timur Era digitalisasi