Kampus Harus Kembali Menjadi Penengah Konflik Kepentingan

josstoday.com

sejumlah akademisi dari lintas Universitas berkumpul bersama di Angkringan Mbah Cokro-Surabaya untuk memformulasikan suatu gagasan yang mampu mengembalikan marwah Universitas sebagai penengah konflik kepentingan dan lembaga pendidikan tertinggi, Rabu (30/5/2018)

JOSSTODAY.COM - Kampus atau Universitas sebagai lembaga pendidikan tertinggi diharapkan mampu menjadi penengah bagi setiap konflik yang ada dalam kehidupan bermasyarakat. Para civitas akademika disana pun, diharapkan justru untuk tidak hanyut dalam konflik-konflik yang timbul di tengah masyarakat.

Untuk itu, Rabu (30/5/2018), sejumlah akademisi dari lintas Universitas berkumpul bersama di Angkringan Mbah Cokro-Surabaya untuk memformulasikan suatu gagasan yang mampu mengembalikan marwah Universitas sebagai penengah konflik kepentingan dan lembaga pendidikan tertinggi.

Pada kesempatan itu, Gitadi Tegas selaku akademisi asal Unair menegaskan bahwa saat ini adalah momen yang tepat bagi dunia Universitas untuk kembali kepada marwahnya sebagai lembaga pendidikan tertinggi.

"Kampus itu adalah tempat dimana para akademisi berkumpul. Sehingga, kita harus kembali ke khitoh dan mendidik berbasis keilmuan. Sampingan-sampingan di luar itu harus tidak dilakukan dengan membawa nama kampus," kata Gitadi.

Gagasan Gitadi itu diamini oleh Linggar Rama Dian Putra yang juga akademisi Unair lainnya. Menurut Linggar, kampus harus bisa memadamkan dan mendinginkan setiap konflik yang terjadi apapun jenisnya.

"Setiap Civitas Akademik, baik dosen maupun mahasiswa harus tidak terlibat langsung menjadi pelaku dalam pusaran konflik yang terjadi. Harus mampu mendinginkan dan memadamkan. Karena dalam ilmu pengetahuan yang ada hanyalah toleransi. Tidak ada keberpihakkan dan intoleransi," tegas Linggar.

Senada, Mochtar W. Oetomo selaku akademisi asal Universitas Trunojoyo Madura juga menganggap bahwa dunia kampus tidak boleh terlepas dari hal-hal yang bersifat ilmiah.

"Berarti dalam hal ini, apapun yang dilakukan oleh Civitas Akademika itu harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Upaya dalam memadamkan dan mendinginkan konflik itu juga harus masuk dalam logika ilmiah," pungkas Mochtar.

Sebagai informasi, diskusi yang dilakukan itu turut dihadiri oleh Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera yang mengingatkan bahwa dalam era open space ini juga memerlukan kehadiran informasi berkualitas dari kalangan akademisi.

Dari kalangan akademisi, Wahyudi selaku akademisi asal ITS Surabaya serta Joko Susanto selaku akademisi asal Unair nampak bersama dengan para punggawa Universitas lain yang hadir.

Diskusi yang dipandu oleh pakar komunikasi Suko Widodo itu juga diikuti oleh mahasiswa dari beberapa Universitas yang ada di Surabaya dan Sidoarjo seperti Unusida, Umsida, Unair, dan Stikosa AWS. (gus/pr)

Universitas Trunojoyo Madura