Menristekdikti Minta Rektor Tindak Tegas Radikalisme di Kampus

josstoday.com

Menristekdikti Mohamad Nasir.

JOSSTODAY.COM - Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Mohammad Nasir meminta rektor di setiap universitas untuk bertindak tegas, jelas dan terukur jika di dalam kampus yang dipimpinnya terdapat indikasi radikalisme baik yang dilakukan oleh para wakil rektor, para dekan, dan juga para mahasiswa.

Mohammad Nasir mengatakan, radikalisme yang ada di kampus-kampus, terutama kampus negeri, berasal dari orang di luar kampus, misalnya para alumni. Meski demikian tak menutup kemungkinan juga dilakukan oleh orang dari dalam kampus seperti yang terjadi di Universitas Diponegoro, Semarang.

"Kami tugaskan rektor untuk bertindak tegas, jelas dan terukur jika menemukan gejala indikasi radikalisme di kampus. Rektor harus memantau semua dosen, wakil rektor dan juga mahasiswa. Kami di Kemristekdikti juga terus melakukan pemantauan serta menanamkan pemahaman ajaran ajaran bela negara dan cinta tanah air," ujar Mohammad Nasir usai kegiatan peletakkan batu pertama pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) di Depok, Jawa Barat, Selasa (5/6).

Lebih lanjut dikatakan Nasir, pihaknya memiliki database yang bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Para rektor dan juga segenap perangkatnya bisa terpantau di dalam database tersebut termasuk aktivitas mereka di sosial media.

"Yang ada indikasi mencurigakan nanti bisa di-scanning. Kan tidak semuanya. Hanya yang terindikasi saja yang dipantau. Nanti kami juga akan lakukan pendekatan pendekatan agar mereka yang terpapar radikalisme bisa terbebas dari hal tersebut," tutur Nasir.

Menristekdikti juga menilai tidak perlu adanya peraturan baru untuk mengatasi radikalisme di universitas-universitas. Hal terpenting adalah rektor mampu bertindak tegas, jelas dan terukur.

Tidak hanya per-individu yang dilakukan pemantauan tapi juga sejumlah organisasi di kampus kampus. Nasir menegaskan agar para mahasiswa tidak berlindung di balik alasan kebebasan berdemokrasi, berorganisasi atau berekspresi. Ada tanggung jawab yang juga harus diperhatikan dalam berdemokrasi.

"Boleh-boleh saja mahasiwa belajar teori Lenin, teori Marxisme, terori Komunis. Saya belajar itu semua tetapi saya tidak lantas menjadi komunis toh? Yang penting harus dicamkan bahwa dasar negara adalah Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika,"papar Nasir.

Dikatakan dia, dalam Islam ada ayat-ayat yang bersifat maskulin dan feminim. Ayat-ayat yang biasanya digunakan oleh orang-orang berpaham radikal kebanyakan bersumber dari ayat maskulin. Padahal Islam sendiri mengajarkan kasih sayang dan lemah lembut. Seperti ayat-ayat yang bersifat feminim.

"Harus disadari bahwa Tuhan mengajarkan kebaikan, kasih sayang dan tolong menolong. Ini harus dipahami agar tercipta Islam yang damai dan moderat," papar Nasir. (gus/b1)

Radikalisme