Jangan Jadikan Rumah Ibadah sebagai Tempat Tebar Kebencian

josstoday.com

Maman Imanulhaq

JOSSTODAY.COM - Rumah ibadah adalah tempat untuk mendekatkan diri kepada sang Maha Pencipta. Maka siapa pun yang berada di rumah ibadah, seharusnya orang yang meneladani sifat-sifat Tuhan yang penuh kasih sayang, pemaaf, penyayang, bukan pendendam, apalagi menebar kebencian.

“Saya prihatin bila ada rumah ibadah yang digunakan untuk menyebarkan ujaran kebencian, kedengkian, atau permusuhan. Kalau benar, ini menjadi semacam peringatan bagi kita untuk mengembalikan tempat ibadah itu kepada fungsi utama yaitu mendekatkan diri pada sang maha kuasa, dan mempererat hubungan sesama manusia,” ujar Ketua Lembaga Dakwah PBNU KH Maman Imanulhaq di Jakarta, Jumat (20/7).

Untuk mengembalikan fungsi rumah ibadah seperti masjid, lanjut Kiai Maman, masyarakat harus terus diberikan edukasi apa sebenarnya fungsi rumah ibadah tersebut. Edukasi ini sangat penting karena kalau masyarakat sudah tercerahkan, mereka sendiri yang akan menghentikan bila ada oknum atau pemimpin agama yang menjadikan tempat ibadah untuk ujaran kebencian, kedengkian, dan permusuhan.

Menurut Kang Maman, Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan beberapa ormas menyatakan bahwa masjid harus betul-betul berfungsi sebagai tempat ibadah, dan juga tempat melakukan pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini, sangat penting untuk melibatkan anak muda dan masyarakat secara luas sehingga masjid tidak kosong. Pasalnya, masjid yang tidak ada pengelola itu biasanya mudah disusupi kelompok radikal.

Maman mengingatkan, perlu dirumuskan kembali tema dalam khotbah Jumat atau Idul Fitri, agar berisi muatan agama yang menjadi semangat transformasi dan perdamaian. Dengan demikian diharapkan tidak ada orang yang memanfaatkan khotbah Jumat dan khotbah keagamaan lainnya yang berisi ajakan menjauhkan umat dari nilai ketuhanan.

Terkait keberadaan kelompok radikal dan intoleran, Kang Maman menilai sebenarnya mayoritas umat Islam di Indonesia masih moderat dan toleran. Namun, kelemahannya umat Islam lebih memilih diam, sementara kelompok radikal yang jumlahnya sedikit, bisa masuk secara masif dan militan.

“Mereka menggunakan masjid, pengajian, sosmed, untuk menyebarkan kebencian itu. Maka saya mengajak agar kelompok moderat ini bangkit kita kembali ke masjid sebagai tempat untuk mencerdaskan, memberdayakan, dan menguatkan ukhuwah, baik itu Islamiyah, wathoniyah (persaudaraan kebangsaan). Kita bersyukur hidup di suatu kawasan NKRI dan dengan kekuatan ukhuwah kita di tengah perbedaan yang ada,” papar pimpinan Ponpel Al Mizal Majalengka ini.

Sebenarnya, lanjut Kang Maman, bicara apa pun di masjid atau rumah ibadah lainnya, boleh saja seperti soal ekonomi, budaya, politik. Yang tidak boleh itu menjadikan masjid sebagai alat politik praktis, sektarian, politik identitas, dan gampang menyalahkan orang lain.

Menurutnya, masjid seharusnya menjadi tempat efektif untuk melakukan pencerdasan terhadap masyarakat. Maka tentu sangat disayangkan, bila ada orang yang menggunakan tempat ibadah justru dipakai politik praktis untuk kepentingan sesaat. (gus/b1)

Maman Imanulhaq