Merasa Tak Diinginkan, Oezil Mundur dari Timnas Jerman

josstoday.com

Mesut Oezil

JOSSTODAY.COM - Gelandang Jerman Mesut Oezil mengumumkan pengunduran dirinya dari tim nasional dengan dampak yang berlaku secepatnya pada Minggu (23/7). Pemain tengah Arsenal ini menegaskan bahwa dirinya mendapat diskriminasi yang tidak adil seputar pertemuannya dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Mei lalu.

Oezil (29) merupakan bagian dari skuat Jerman yang tersingkir di fase grup Piala Dunia di Rusia. Dia kemudian menjadi target kritik untuk penampilannya serta pertemuannya dengan Erdogan, yang dituding melakukan pelanggaran hak asasi manusia.

Pengatur serangan yang pernah membela Real Madrid itu memiliki darah Turki dan membela aksinya melalui pernyataan panjang, pertama kalinya ia membahas masalah ini di depan umum.

"Bagi saya, berfoto dengan Presiden Erdogan bukan mengenai politik atau pemilihan, ini mengenai saya menghormati institusi tertinggi negara keluarga saya," kata Oezil dalam pernyataannya di Twitter.

"Pekerjaan saya adalah pemain sepakbola dan bukan politisi, dan pertemuan kami bukan merupakan dukungan kebijakan apapun," tulisnya.

"Perlakuan yang saya terima dari DFB (Asosiasi Sepak Bola Jerman) dan banyak pihak lainnya membuat saya tidak lagi ingin mengenakan kostum tim nasional Jerman," tambah Oezil.

"Saya merasa tidak diinginkan dan berpikir apa yang telah saya capai sejak debut internasional saya pada 2009 telah dilupakan," ungkapnya.

"Orang-orang dengan latar belakang diskriminasi rasial semestinya tidak diizinkan bekerja di federasi sepakbola terbesar di dunia yang memiliki pemain-pemain dari keluarga berkebudayaan ganda. Sikap seperti mereka jelas tidak merefleksikan para pemain yang mereka wakil," tuturnya.

"Dengan berat hati dan setelah melakukan banyak pertimbangan karena kejadian-kejadian terkini, saya tidak akan lama lagi bermain untuk Jerman di level internasional karena saya memiliki perasaan rasisme dan tidak dihormati," tambahnya.

"Saya dulu mengenakan kaus timnas Jerman dengan perasaan bangga dan kegembiraan, namun sekarang tidak lagi." (is/b1)

Piala dunia 2018