Garuda Indonesia Raup Dana Rp 1,8 T

josstoday.com

Ilustrasi

JOSSTODAY.COM - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) meraup dana dari sekuritisasi pendapatan tiket yang dikemas ke dalam kontrak investasi kolektif-efek beragun aset (KIK-EBA) Mandiri GIAA01 kelas A sebesar Rp 1,8 triliun. KIK-EBA ditawarkan kepada investor dengan tingkat kupon 9,75 per tahun.

Berdasarkan keterbukaan informasi di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), EBA Mandiri GIAA01 kelas A diterbitkan dengan tenor lima tahun, sehingga akan jatuh tempo pada Juli 2023. Penjatahan produk tersebut sudah dilakukan pada 26 Juli lalu.

Pada Jumat ( 27/7), dilakukan pendistribusian EBA secara elektronik, disusul pencatatan (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 31 Juli 2018.

"Pelaksanaan pembayaran bunga pertama untuk EBA Mandiri GIAA01 dilangsungkan pada 27 Oktober 2018,” demikian keterangan yang dikutip dari KSEI, Jumat (27/7).

Dalam hal pembuatan produk KIK-EBA, Garuda Indonesia bekerja sama dengan PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI), sebagai manajer investasi yang mengemasnya menjadi structured product dari sekuritisasi pendapatan tiket emiten berkode saham GIAA tersebut. Pemasaran EBA Mandiri GIAA01 kelas A dilakukan enam agen penjual, yakni PT Bahana Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT BCA Sekuritas, PT CGS-CIMB Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas.

Sebelumnya, Direktur MMI Endang Astharanti mengakui periodebookbuilding atas produk tersebut akan rampung sebelum akhir Juli 2018. Garuda Indonesia memilih melakukan sekuritisasi pendapatan tiket penerbangan pada jalur Timur Tengah.

Terkait pemilihan pendapatan tiket yang disekuritisasi, Direktur Keuangan Garuda Indonesia Helmi Imam Satriyono menyatakan pihaknya memilih jalur penerbangan Jakarta-Jeddah, dan Jakarta-Madinah, karena pendapatan dari penerbangan di kawasan tersebut cukup solid.

“Kami ingin memberi kepastian kepada investor. Jadi, rute Jakarta-Jeddah dan Jakarta-Madinah yang dipilih sebagai underlying aset sekuritisasi pendapatan Garuda Indonesia,” ujar Helmi kepada Investor Daily, baru-baru ini.

Aktivitas umrah merupakan kegiatan yang ramai dengan animo masyarakat, dan rutin dilakukan. Kondisi itu mendukung kontribusi rute penerbangan Jakarta-Jeddah dan Jakarta-Madinah yang cukup besar terhadap total pendapatan Garuda Indonesia. 

Pihaknya melakukan sekuritisasi pendapatan agar dapat memenuhi kebutuhan pendanaan tahun 2018 yang ekuivalen dengan nilai maksimum US$ 750 juta. Dana itu, antara lain untuk memenuhi keperluan pembiayaan kembali utang perusahaan.

Selain sekuritisasi, Garuda Indonesia akan tetap menjajaki pendanaan bilateral dari lembaga jasa keuangan, maupun penerbitan global bond. Namun, saat ini kondisi pasar belum mendukung rencana emisi global bond yang sudah disetujui penerbitannya oleh pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada kuartal II 2018.

“Untuk sekuritisasi pendapatan, kami mengincar pendanaan maksimum Rp 4 triliun. Namun untuk realisasinya bisa sesuai atau tidak, perseroan perlu menunggu penyelesaian fase bookbuilding KIK-EBA," kata Helmi. (fa/b1)

PT Garuda Indonesia