BPPT Sebut PLTN Jadi Solusi Darurat Energi
Ilustrasi Pembangkit listrik tenaga nuklir
JOSSTODAY.COM - Untuk menghadapi potensi darurat energi, Indonesia harus memikirkan energi yang pasokannya besar dan stabil. Negara ini harus mulai memikirkan serius pemanfaatan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang dinilai lebih stabil jika kelak pembangkit listrik dari batubara cadangannya semakin menipis.
Selain bisa memasok listrik berkapasitas besar, energi nuklir lebih bersih dan ramah lingkungan.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto dalam peluncuran bukunya yang berjudul Perspektif, Potensi dan Cadangan Energi Indonesia di Jakarta, Selasa (25/9).
Unggul mengatakan, ketika berbicara PLTN bukan berarti peluang energi baru terbarukan (EBT) lainnya tidak diberikan ruang. Hanya saja, pasokan energi dari EBT seperti solar, angin dan panas bumi misalnya bisa saling melengkapi meski kapasitasnya tidak akan sebesar PLTN.
"Saya melihat pemerintah kita masih jauh ke situ. Yang nuklir pun belum sama sekali," katanya.
Mengenai adanya ketakutan masyarakat akan terjadinya kecelakaan PLTN seperti Chernobyl atau Fukushima, menurut Unggul, teknologi saat ini punya cara untuk memastikan PLTN aman. Pendiriannya pun melalui survei atau kaji tapak untuk memastikan daerah tersebut minim gempa, tsunami atau banjir misalnya.
Dalam buku yang ditulisnya, Unggul menyebut, negara Indonesia dianggap sebagai penghasil minyak, gas dan batubara yang besar di dunia. Namun perlu diketahui, saat ini konsumsi minyak bumi di Indonesia melebihi produksi sehingga menjadikan Indonesia sebagai importir minyak bumi.
Di sisi lain, Indonesia pun belum memiliki cadangan penyangga energi lain yang dapat memberikan jaminan pasokan dalam waktu tertentu apabila terjadi kondisi kritis dan darurat energi.
Berangkat dari kekhawatiran akan ketahanan energi nasional inilah, BPPT mendorong dan melakukan kaji terap teknologi di bidang energi. Khususnya untuk menciptakan inovasi energi terbarukan menuju bauran energi.
Unggul menyebut Indonesia darurat energi. Hal ini patut mengubah pola pikir, bahwa Indonesia sudah tidak menjadi penghasil minyak yang bersifat surplus.
Indonesia sudah menjadi net importir minyak bumi sejak tahun 2004. Bila jumlah cadangan tidak bertambah dan kebutuhan meningkat seperti dalam proyeksi maka pada tahun 2028 akan menjadi net importir gas bumi dan menjadi net importir batubara pada 2038. (gus/b1)
pembangkit listrik tenaga nuklir