Teknologi Bantu Berantas Perdagangan Satwa Liar

josstoday.com

Miss Earth Asia Pasific, Rita Nurmaliza (tengah), didampingi finalis Miss Earth Indonesia, BellaMartha Junita dan Tengku Putri Nadya.

JOSSTODAY.COM - World Wildlife Fund (WWF) Indonesia menemukan fakta, setidaknya 85 persen satwa liar di Indonesia justru diburu dan diperjual belikan secara ilegal. Fakta itu menunjukan, kekayaan sumber daya alam ini justru dijadikan sebagai tempat tujuan perdagangan satwa liar yang menggiurkan. Karena, nilai perdagangan global satwa liar setara dengan nilai perdagangan manusia, narkotika, dan senjata gelap.

Melihat kondisi ini, sudah saatnya masyarakat bergandeng tangan dan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menghentikan perbuatan tersebut. Salah satunya dengan cara melaporkan segala bentuk indikasi perdagangan hewan liar, melalui aplikasi E-Pelaporan Satwa Dilindungi yang dibuat oleh Bareskrim Polri.

Aplikasi ini dibuat karena melihat selama ini masyarakat terkendala pada akses pelaporan kejahatan terhadap satwa yang dilindungi. Tak jarang pula masyarakat terpaksa menggunakan jasa lembaga swadaya masyarakat (LSM) agar pelaporan cepat sampai ke telinga polisi.

Meskipun baru diluncurkan, aplikasi ini pun langsung mengundang perhatian banyak orang. Salah satunya adalah para generasi milenial yang peduli akan perlindungan satwa liar, seperti Miss Earth Asia Pasifik 2017, Rita Nurmaliza; Miss Earth Indonesia 2018, Tengku Putri Nadya, dan Bella Martha Junita.

Rita mengatakan, aplikasi ini sangat membantu melindungi satwa liar yang terancam punah. Suara milenial pun dapat didengarkan, semua bisa melapor dan pihak berwajib pun bisa menangani secara cepat persoalan yang ada di lapangan.

“Dari saya sendiri, yang saya ingat hanya satu. Bumi ini tidak hanya ditinggali oleh manusia, tetapi seluruh makhluk hidup apapun itu, baik tumbuhan ataupun hewan. Seluruh makhluk di muka bumi ini wajib menikmati semua yang diberikan oleh Tuhan. Jadi, setuju sekali dengan e-pelaporan ini, karena membantu semuanya dalam kejadian perdagangan hewan seperti ini bisa berkurang dan dihentikan,” terangnya kepada SP, saat dijumpai usai demo aplikasi e-Pelaporan Satwa Dilindungi, di Jakarta Selatan, Senin (5/11).

Selain Rita, pemenang nominasi Miss Indonesia Best Talent 2018, Bella Martha Junita juga mengatakan, peran generasi milenial saat ini sangatlah penting. Karena, mereka lah yang nantinya akan tinggal di bumi ini dalam waktu yang panjang.

“Kita kan punya food chain. Kalau ada hewan yang punah, dampaknya bukan hanya pada hewan, tetapi manusia juga yang terkena dampaknya. Mereka itu bagian dari eksosistem. Kalau kita saat ini tidak merasakan akibatnya, suatu saat nanti akibatnya juga akan berdampak ke kita. Karena apa yang kita miliki pada saat ini, adalah apa yang kita pinjam dari masa depan,” ungkapnya.

Memang benar apa yang dikatakan Bella, hilangnya satwa kunci mampu mengganggu keseimbangan ekosistem, yang pada gilirannya menggangu rantai makanan di alam. Sebagai contoh, menurunya populasi harimau membuat populasi babi hutan meningkat yang lalu menjadi hama bagi para petani di sekitar hutan.

Tidak hanya di darat, hal ini juga terjadi di laut, kala populasi hiu menipis membuat populasi ikan karnivora di bawahnya meningkat, yang berdampak pada ikan herbivora pemakan algee habis. Sehingga laut menjadi zona mati karena meledaknya populasi aglee.

Kemudian, Tengku Putri Nadya mengatakan jika seluruh masyarakat bisa menjalankan dengan baik aplikasi tersebut, dirinya sangat yakin bahwa tidak ada kata tidak mungkin untuk melindungi habitat satwa liar di Indonesia.

“Dalam aplikasi yang bisa diunduh di playstore ini pelapor diwajibkan memberikan kronologis kejadian dengan melampirkan bukti awal berupa poto, video, dan lokasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk melaporkan kejadian, caranya sangat mudah, bahkan semudah upload foto di Instagram. Kalau kalau sekedar upload laporan kejadian pembunuhan satwa liar misalnya di sosial media, mungkin tidak bisa ditangini secara cepat, tetapi lewat aplikasi ini semua data bisa ditindaklannjuti oleh pihak kepolisian,” tukasnya. (fa/b1)

WWF Indonesia Perdagangan Satwa Liar