Rumah Sakit Dipenuhi Pasien Diabetes, Sedot Dana BPJS Kesehatan
Ilustrasi
JOSSTODAY.COM - Semakin tingginya angka penderita diabetes membuat banyak rumah sakit di daerah maupun di kota-kota besar dipenuhi pasien diabetes. Tingginya pasien diabetes itu juga menyedot dana BPJS Kesehatan, karena berbagai komplikasi yang menyertai seperti jantung koroner, stroke, dan gagal ginjal.
"Banyaknya penderita diabetes membuat rumah sakit penuh sesak dengan pasien diabetes, bayangkan betapa besarnya biaya yang disedot dari dana BPJS Kesehatan untuk menangani berbagai komplikasi akibat diabetes seperti pemasangan ring untuk jantung koroner, penanganan stroke dan cuci darah untuk pasien gagal ginjal," demikain diungkapkan Prof. Dr. dr. Mardi Santoso, Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) DKI Jakarta BBD (Bogor, Bekasi, Depok), dalam program edukasi “Pentingnya Deteksi Dini dan Pencegahan Prediabetes” yang diikuti oleh 100 dokter umum puskesmas dan poliklinik di Semarang, Rabu (7/11).
Program edukasi itu digelar Nutrifood memperingati Hari Kesehatan Nasional dan Hari Diabetes Sedunia, bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Dinas Kesehatan Kota Semarang, dan Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia).
Mardi Santoso menjelaskan, jika tidak ditangani dengan baik, maka dalam jangka waktu pendek prediabetes dapat berkembang menjadi diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Kasus prediabetes menyerupai fenomena gunung es, di mana jumlah individu yang belum terdeteksi DMT2 (termasuk prediabetes) lebih banyak dibandingkan DMT2. Oleh karena itu, prediabetes sebagai pencetus harus dapat diatasi, sehingga angka penderita DMT2 dapat ditekan.
Menurutnya, pertanda klinis prediabetes tidak begitu jelas, namun yang dapat kita perhatikan untuk pencegahan dini adalah kelompok berisiko prediabetes seperti orang dengan obesitas, sering abortus, melahirkan bayi dengan berat badan 4 kg atau lebih, porsi makan besar tetapi kurang gerak, orang-orang dari keluarga DM, dan lainnya.
Pertanda prediabetes secara laboratoris adalah bila kadar glukosa darah puasa 100-125 mg/dl dan atau kadar glukosa darah 2 jam post prandial 140-199 mg/dl. Dalam jangka waktu 3-5 tahun, 25 persen prediabetes dapat berkembang menjadi DMT2, 50 persen tetap dalam kondisi prediabetes, dan 25 persen kembali pada kondisi glukosa darah normal.
Dengan melakukan deteksi dini prediabetes, menurut dia, dapat mencegah peningkatan prevalensi DMT2 yang berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas (angka kesakitan), risiko progresivitas penyakit, biaya, dan mortalitas atau angka kematian meningkat akibat komplikasi DM yaitu penyakit kardiovaskular dini, gagal ginjal, katarak, saraf mata, stroke yang berakibat fatal.
"Upaya pencegahan prediabetes dapat dilakukan dengan beristirahat cukup, mengonsumsi makanan kalori seimbang atau sesuai kebutuhan aktvitas sehari hari dan tinggi serat, seperti sayur mayur, buah-buahan, dan biji-bijian, serta melakukan aktivitas fisik minimal lima kali dalam seminggu dengan durasi 30-60 menit," ujarnya.
International Diabetes Federation 2015 memperkirakan, pada tahun 2040 sebanyak 642 juta penduduk dunia akan mengalami diabetes dengan jumlah prediabetes adalah dua sampai tiga kali lipatnya. Adapun, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan peningkatan kejadian diabetes dari 6,9 persen pada 2013 menjadi 8,5 persen pada 2018. Sementara itu prevalensi diabetes di Jawa Tengah adalah sebesar 2,1 persen.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Semarang dr. Sarwoko Oetomo, MMR, menambahkan, tenaga kesehatan memegang peranan penting untuk menjaga agar fase prediabetes tidak berkembang menjadi DMT2, tidak terkecuali dokter-dokter umum puskesmas dan poliklinik yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Head of Marketing Nutrifood, Susana mengatakan, program ini merupakan kelanjutan dari rangkaian program edukasi ‘Cermati Konsumsi Gula, Garam, Lemak (GGL) dan Baca Label Kemasan Makanan’, yang juga sudah Nutrifood selenggarakan sejak 2013.
“Seluruh program dijalankan dengan tujuan mengedukasi dan mengadvokasi berbagai pihak agar proaktif dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Di penghujung tahun 2018, program ini dilanjutkan dengan mengedukasi dokter-dokter umum puskesmas dan poliklinik Kota Semarang yang dalam kesehariannya bersentuhan langsung dengan masyarakat. Kami berharap program ini dapat memotivasi para dokter umum untuk terus bekerja keras mewujudkan masyarakat Semarang yang sehat dan terhindar dari prediabetes dan DMT2," ujar Susana. (fa/b1)
BJPS dana BPJS Kesehatan