Tingkatkan Pariwisata, Jakarta Bisa Tiru Banyuwangi

josstoday.com

Anak-anak menari tarian Betawi di Setu Babakan

JOSSTODAY.COM - Provinsi DKI memiliki banyak destinasi pariwisata yang menjanjikan, bila semuanya dapat dikelola dengan serius dan melibatkan masyarakat. Beberapa waktu lalu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI diajak oleh Bank Indonesia (BI) Perwakilan DKI ke Kabupaten Banyuwangi. Salah satu Kabupaten yang mampu mengelola pariwisatanya dengan baik sehingga dilirik banyak wisatawan mancanegara (wisman), serta wisatawan nusantara (wisnus).

Jajaran Pemrov DKI yang turut serta dalam kunjungan ke Kabupaten Banyuwani pada awal November lalu adalah Pelaksana Tugas (Plt) Asisten Sekda DKI bidang Perekonomian, Sri Haryati; Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI, Asiantoro dan Direktur Utama PT Jakarta Tourisido, Jeffry Rantung serta beberapa perwakilan dari Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) DKI.

Asiantoro membenarkan hal tersebut. Dalam pengelolaan sebuah kawasan menjadi destinasi yang menarik minat wisman dan wisnus, DKI bisa belajar dan meniru Kabupaten Banyuwangi. Karena ada beberapa tempat wisata di daerah tersebut yang hampir sama sektor wisata yang dapat dikembangkan.

Sebut saja, Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan di Jagakarsa, Jakarta Selatan hampir sama dengan Sanggar Genjah Arum yang menawarkan perkampungan budaya Banyuwangi, Kampung Osing. Lalu Bangsring Banyuwangi Under (Bunder) Water yang bergerak di sektor wisata maritim atau bahari hampir sama dengan sektor wisata yang akan dikembangkan di Kabupaten Kepulauan Seribu

Plt Kepala Disparbud DKI, Asiantoro mengatakan ada empat tempat wisata yang harus serius mendapatkan penanganan dari pemerintah, salah satunya PBB Setu Babakan. Agar tempat wisata ini menjadi destinasi wisata yang kelas dunia.

“Empat tempat wisata itu adalah, PBB Setu Babakan, Kepulauan Seribu, Kota Tua dan Taman Ismail Marzuki (TIM). Kita terus fokus untuk melakukan pembenahan,” kata Asiantoro, Senin (19/11).

Saat diajak Kepala Kantor Perwakilan BI DKI, Trisno Nugroho ke beberapa tempat Banyuwangi, ia melihat Sanggar Genjah Arum ini cocok ditiru untuk pengembangan kawasan wisata berbasis budaya di Perkambungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Karena di sana juga akan dijadikan miniatur desa adat Betawi dan perkampungan Betawi. Tak tanggung-tanggung, luas dari PBB Setu Babakan ini mencapai 289 hektare.

“Cocok kan ya. Di sana bisa kita kemas juga ada kedai bir pletok dan kopi Betawi. Tamu-tamu bisa juga disuguhkan dengan seni tari khas Betawi. Ada juga rumah adat Betawi. Dengan PBB Setu Babakan ini, kita akan perkenalkan semua budaya Betawi,” ujarnya.

Seperti Sanggar Genjah Arum Banyuwangi di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah. Sanggar ini terletak di lahan seluas 7.000 meter persegi dengan tujuh rumah Osing di dalamnya. Biasa disebut sebagai miniatur desa adat Osing karena sanggar ini dikemas menjadi perkampungan Osing.

Memasuki area Genjah Arum, pengunjung langsung disuguhkan musik dari penumbuk padi yang dilantunkan nenek-nenek mengenakan kostum jarik. Pengunjung juga dapat memainkan alat penumbuk padi itu bersama para nenek itu. Di sana juga ada kedai kopi yang terkenal Kedai Kopai Osing, kopi khas Banyuwangi.

“Sama dengan Setu Babakan, akan kita jadikan sebagai replika budaya Betawi yang ada Betawi pesisir, tengah, dan kota. Kita akan bangun replika perkampungan Budaya Betawi di sini. Tak hanya Banyuwangi, kita juga sudah melakukan studi perbandingan ke Kampung Naga di Tasikmlaya,” ujarnya.

Dijelaskannya, Kampung Naga merupakan sebuah kampung adat yang masih lestari. Masyarakatnya masih teguh memegang tradisi nenek moyang mereka dan menolak orang luar mencampuri atau merusak kelestarian kampung.

Saat ini, lanjutnya, Pemprov DKI masih terus melakukan pembangunan kawasan wisata PBB Setu Babakan. Diharapkan pada tahun 2019, pembangunan PBB Setu Babakan ini sudah rampung. Tak tanggung-tanggung, Pemprov DKI juga selalu mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk menciptakan sebuah perkampungan Betawi di Jakarta.

Pada tahun 2018, APBD DKI mengalokasikan anggaran sebesar Rp 20,7 miliar untuk pembangunan PBB Setu Babakan. Anggaran itu digunakan untuk pembangunan sarana perkampungan Budaya Betawi di Zona C sebesar Rp 17,67 miliar, pemagaran batas tanah Zona A sebesar Rp 1 triliun, pemagaran batas tanah zona B Embrio sebesar Rp 620,2 juta dan pembuatan amdal kawasan PBB Setu Babakan sebesar Rp 415,5 juta.

Sedangkan di tahun 2019, dalam Kebijakan Umum Anggaran-Plafon Prioritas Anggaran Sementara (PPAS) DKI 2019, Disparbud DKI telah mengusulkan anggaran sebesar Rp 27,8 miliar. Dengan rincian, untuk pembangunan sarana perkampungan Budaya Betawi di Zona C sebesar Rp 19,2 miliar, pembangunan rumah kebaya di Zona A sebesar Rp 6,82 miliar dan pemasangan main entrance dan ornamen gedung serba guna di Zona A sebesar Rp 1,7 miliar.

“Kami sangat serius untuk mengembangkan PBB Setu Babakan menjadi kawasan destinasi wisata yang mendunia,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan BI DKI, Trisno Nugroho mengatakan salah satu cara yang paling cepat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jakarta adalah dengan sebanyak mungkin mengundang wisman dan wisatawan Nusantara (wisnus) ke Jakarta. Berbagai destinasi unggulan di DKI Jakarta, seperti Kepulauan Seribu, Setu Babakan, dan Kawasan Kota Tua harus segera dikembangkan menjadi kawasan destinasi wisata unggulan.

“Makanya saya ajak Pemprov DKI ke Banyuwangi. Kita adakan studi tiru di sini. Sehingga bisa tertularkan semangat Pemkab Banyuwangi dalam mengembangkan pariwisata kepada Pemprov DKI,” kata Trisno.

Kepala Unit Pengelola Kawasan (UPK) PBB Setu Babakan, Rofiqoh Mustafa mengatakan luas dari PBB Setu Babakan mencapai 289 hektare. Namun tidak semuanya dimiliki oleh Pemprov DKI. Hanya 30 persen dari luas wilayah dikuasai Pemprov DKI. Sedangkan 70 persennya lagi, masih merupakan zona dinamis.

“Artinya masih merupakan perkampungan dan ada penduduknya di sana. Yang merupakan orang Betawi. Jadi tidak semuanya dibebaskan oleh Pemprov DKI. Itu pun yang dikelola oleh Disparbud DKI yang diserahkan ke UPK PBB Setu Babakan hanya 5,5 hektar dari 30 persen itu,” kata Rofiqoh.

Hingga saat ini, ia bersama Forum Jibang Betawi sedang membangun PBB Setu Babakan menjadi destinasi berbasis budaya Betawi. Dari luas 5,5 hektare, Setu Babakan dibagi menjadi tiga Zona. Yakni, Zona A merupakan pusat dari PBB Setu Babakan berupa musuem, galeri dan ruang serba guna. Lalu Zona B sebagai pusat kuliner dan Zona C adalah perkampungan mini Betawi, zona embrio awal berdirinya kampung Betawi.

"Di tiga zona ini berbagai kegiatan budaya Betawi rutin dilaksanakan. Ada latihan silat khas Betawi, sanggar tari anak dan dewasa, pameran kuliner, juga ada workshop membuat kuliner Betawi, ondell-ondel mini, batik Betawi sampai belajar musik Betawi. Belum lagi setiap sabtu, ada pertunjunkan komedi betawi atau lenong,” ujarnya.

Berbagai promosi juga dilakukan bekerja sama dengan berbagai travel wisata. Bahkan saat Asian Games 2018, banyak atlet diajak berkunjung ke PBB Setu Babakan. Maka tak heran, jumlah pengunjung PBB Setu Babakan selama 10 bulan ini mencapai 374.473 orang. Di antaranya 399 wisman dan 374.574 wisnus. (gus/b1)

wisata banyuwangi