Pengaturan Skor Bukan Isapan Jempol
antan Presiden Inter Milan Erick Thohir
JOSSTODAY.COM - Masalah pengaturan skor di sepakbola Indonesia bukan isapan jempol. Itu fakta. Bahkan, menurut mantan Presiden Inter Milan dan Dewan Klub Oxford United, Erick Thohir, pengaturan skor bukan hanya terjadi dunia sepakbola, tetapi juga di cabang-cabang olahraga lainnya seperti bola basket. Karena itu, pengaturan skor ini bagaikan sebuah penyakit kronis yang butuh pembedahan dalam waktu cepat karena sudah menggeroti dunia olahraga Indonesia.
“Memang match fixing itu ada dan ini sudah saya ingatkan dulu. Tentunya hal ini harus diperbaiki secepatnya karena pengelolaan liga itu harus profesional dan transparan. Semua bisa diberantas hanya dengan keberanian dari PSSI,” kata Erick di Jakarta, Senin (10/12).
PSSI, kata dia, harus bisa mencontohi sikap tegas Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi). Federasi ini dengan tegas menghukum delapan pemain Siliwangi Bandung dan satu ofisial tim karena terlibat dalam pengaturan skor pada musim IBL 2016-2017. Pemain-pemain tersebut dilarang bermain di kompetisi basket Indonesia.
PSSI diharapkan juga berani dan tegas jika memang ingin memberantas pengaturan skor, termasuk soal melibatkan kepolisian, yang sudah dilakukan Perbasi dan IBL. “Seperti yang dilakukan oleh Perbasi kemarin di liga bola basket yang menghukum sembilan orang agar tak terlibat lagi di kejuaraan maupun kompetisi bola basket. Jadi harus berani melawan mafia judi seperti ini,” ujar Erick.
Bahkan, Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali yang dihubungi terpisah, Minggu (9/12) menyebut Indonesia berada dalam situasi darurat pengaturan skor. Pasalnya, penyakit itu menggerogoti hampir semua level kompetisi.
“Kami di Save Our Soccer membaginya dalam tiga dimensi. Pertama, match acting pemain di lapangan hanya menjalankan kewajiban tampil di lapangan selama 2 x 45 menit dengan hasil pertandingan sudah diskenariokan sebelum pertandingan. Hal ini mirip sepakbola gajah,” ujarnya.
Kedua, match setting atau penentuan juara, degradasi, dan promosi. Ini juga sudah ditentukan oleh kelompok tertentu sebelum kompetisi dimulai. Hal ini diatur sedemikian rupa agar tujuan menjadikan satu tim juara dan promosi bahkan degradasi tercapai. Jadi semua itu sudah dibuat rumusannya di awal musim.
Sementara yang terakhir atau ketiga match fixing. Bagian ini terkait erat dengan bandar judi. Bahkan bandar judu memainkan peran paling penting dan sangat signifikan karena disertai dengan iming-iming jumlah uang tertentu.
Ironisnya, tiga hal ini menjadi penyakit kronis kompetisi sepakbola nasional dan harus ditangani dan diperangi secara serius sampai ke akar-akarnya. PSSI, kata dia, tidak cukup menutup kasus dipermukaan. Ketiga kasus itu harus dibabat habis sampai ke akar-akarnya.
“Maklum penyakit inilah yang membuat sepakbola kita lumpuh. Suporter diberikan fatamorgana tontonan sepakbola. Membeli tiket, tour away mendampingi tim bahkan sampai ada yang meninggal. Tapi sejatinya hasil pertandingan sudah diketahui sebelum wasit meniup pluit panjang,” ungkap pengamat sepakbola nasional itu.
Pengaturan Skor Bola