Pilwali Surabaya, Pengamat: Ada Kekeliruan Memandang Kepemimpinan Milenial

josstoday.com

Pakar komunikasi politik UNAIR, Dr Suko Widodo. (Josstoday.com/Fariz Yarbo)

JOSSTODAY.COM - Munculnya beberapa nama kaum milenial dalam bursa pencalonan Walikota Surabaya pada Pilwali 2018 dinilai belum bisa menjawab tantangan untuk membenahi kian membaik.

Hal itu disampaikan pakar komunikasi politik asal Universitas Airlangga (UNAIR), Dr Suko Widodo, saat dihubungi Senin (14/1/2019).

Ia menjelaskan, jika ada kekeliruan dalam memandang tentang kepemimpinan milenial. Ia melihat, kebanyakan orang mengganggap kepemimpinan milenial harus pemimpin muda.

“Kepemimpinan milenial itu bukan pemimpin muda, tapi ingin sesuatu yang sangat berbeda. Itu sesuatu yang sangat beda," katanya.

Pria yang juga Ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR itu menjelaskan jika saat ini adalah era distruption. Di mana, era ini mengharuskan manajemen pengelolaan yang tetap tak bisa meninggalkan aspek historikal dan menggabungkannya dengan masa depan.

"Kemepimpinan milenial meminta adanya penguasaan pengalaman kesejarahan dan membawanya ke prospek masa depan," jelas Suko.

Maka itu, lanjut Suko, pemimpin milenial untuk Surabaya harus punya pengalaman dengan disertai bukti. Rekam jejak akan menjadi sumber utama rujukan pemilih. Baik rekam jejak personality maupun karyanya.

"Tak peduli dari mana berasal, apakah dari politisi, birokrat, pengusaha, akademisi atau apapun. Sepanjang ia punya bukti nyata atas karya yang bisa dirasakan publik, maka ia lah yang berpeluang terpilih," ujarnya.

Menurutnya, pemilih sekarang tak mudah dipengaruhi oleh popularitas seseorang. Artinya, popularitas bukanlah jaminan. Namun, sosok yang memiliki kapasitas, dan solusi akan menjadi idaman bagi warga Kota Pahlawan. (ais)

Pilwali Surabaya Walikota Surabaya Milenial