Kemdikbud Siapkan Pelatihan Guru untuk TNI
Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto, mengunjungi Bumi Marinir Karangpilang Surabaya dan Pangkalan TNI AU Raci, Pasuruan, untuk melihat langsung Aset Tanah TNI di wilayah Jawa Timur, Minggu (24/2/2019).
JOSSTODAY.COM - Kekurangan guru di daerah terluar, tertinggal, dan terdepan (3T) masih menjadi salah satu permasalahan pendidikan yang hingga saat ini belum terselesaikan. Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Supriano mengatakan, untuk mengisi kekosongan guru di daerah tersebut, Kemdikbud menjalin kerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI), khususnya TNI Angkatan Darat (AD).
Sebelum bertugas di daerah 3T para anggota TNI AD akan terlebih dahulu mendapat pelatihan. Meski begitu, Supriano menegaskan, mereka tidak dibebani untuk memberi penilaian hasil belajar siswa. Semua kembali diserahkan kepada guru dan pihak sekolah karena tugas TNI hanya untuk mengisi kekosongan.
Ia mencontohkan, apabila sebuah sekolah kekurangan guru olahraga atau pelatihan bela negara, maka sekolah tersebut dapat melibatkan anggota TNI.
”Kemdikbud bekerja sama dengan TNI AD karena selama ini mereka bertugas menjaga negara hingga daerah perbatasan dan pelosok Tanah Air yang sulit dijangkau. Banyak yang terlibat menjadi guru. Dengan adanya kerja sama ini, para anggota TNI AD diberi pelatihan pembelajaran untuk mengisi kekosongan sementara di sekolah,” kata Supriano pada penandatanganan perjanjian kerja sama antara Direktorat Jenderal GTK Kemdikbud dan TNI AD tentang penguatan kompetensi dalam proses pembelajaran di kelas kepada personel TNI AD yang bertugas di daerah 3T, di Gedung Kemdikbud, Jakarta, Rabu (27/2/2019).
Ide untuk melibatkan para prajurit TNI ini berawal ketika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy melakukan kunjungan kerja ke sekolah di Timika, Papua yang mengalami kebakaran. Saat itu, Muhadjir menyaksikan bagaimana para prajurit TNI mengambil alih dan menjadi pengajar di sekolah tersebut.
Terkait jumlah anggota TNI yang akan dilatih, Supriano menyebutkan, untuk tahap pertama ini terdapat 900 anggota TNI yang terdiri dari dua batalyon, yakni 450 orang TNI AD dari Batalyon 600 Raider Balikpapan yang akan bertugas di Nunukan, Kalimantan Utara dan 450 orang lainnya dari Batalyon 303 Raider Garut yang akan bertugas di Malinau, Kalimantan Utara.
Supriano menyebutkan, pelaksanaan penguatan kompetensi TNI AD akan dilakukan selama sepekan, terhitung 10-15 Maret 2019 selama 40 jam pertemuan. Fokus kemampuan utama yang diajarkan terkait dengan pembinaan karakter, bela negara, baca tulis hitung (calistung), kecakapan hidup, dan kepanduan.
Supriano berharap, kerja sama kedua belah pihak ini akan terus berlanjut agar dapat meningkatkan pelaksanaan dalam pelayanan pendidikan di daerah 3T untuk menjawab program Nawacita membangun sekolah dari pinggiran.
Nuansa Baru
Sementara itu, Asisten Teritorial (Aster) Kasad Brigjen TNI, Bakti Agus Fadjari mengatakan, selama ini para anggota TNI AD yang terlibat mengisi kekosongan kelas belum mendapatkan pelatihan bagaimana cara mengajar di kelas. Oleh karena itu, pihaknya menyambut baik adanya nuansa baru yang ditawarkan Kemdikbud.
"Adanya kegiatan pembekalan ini tentu memberi nuansa baru, karena akan ada pengetahuan baru yang mendukung pembelajaran sains dan keilmuan lainnya. Ini sangat menunjang personel kita di lapangan saat bertugas di perbatasan,” ujarnya.
Lanjut dia, kondisi di perbatasan mengharuskan TNI turut ambil bagian untuk menjadi tenaga pendidik. Maka, hadirnya banyak program pelatihan untuk TNI dapat menunjang kemampuan mereka ketika berada di kelas. (gus/b1)
Pelatihan Guru pelatihan TNI