Biden Menang, Trump Meradang

josstoday.com

Donald Trump dan Joe Biden.

JOSSTODAY.COM - Kemenangan Joe Biden dalam Pilpres Amerika Serikat (AS) membuat Donald Trump meradang. Sampai saat ini, Trump belum memberi ucapan selamat kepada Joe Biden sebagaimana tradisi di AS, bahkan tengah menyiapkan gugatan atas hasil pilpres.

Kemenangan Joe Biden dari Partai Demokrat dalam Pilpres AS tak tergoyahkan. Sampai saat ini, Joe Biden telah mengumpulkan setidaknya 279 suara elektoral, sedangkan Donald Trump baru mengantongi 214 suara elektoral. Perolehan suara Joe Biden sudah cukup--minimal 270 suara elektoral--untuk mengantarkannya ke Gedung Putih, meski 45 suara elektoral tersisa dari empat negara bagian akhirnya menjadi milik Trump.

Direktur ilmu pemerintahan di Bipartisan Policy Center, Washington, John Fortier, Sabtu (7/11) waktu setempat menyatakan upaya Donald Trump memenangi pilpres melalui gugatan hukum tampaknya kecil kemungkinan berhasil. Pasalnya, tidak ada instrumen federal yang bisa digunakan Trump dengan memanfaatkan kewenangan eksekutif federalnya.

“Jadi tidak ada aturan secara federal yang bisa digunakan untuk mengontrol pemilihan. Tidak seperti banyak negara lainnya, AS juga tidak memiliki lembaga di tingkat federal yang terlibat. Pemilihan diselenggarakan di level negara bagian yang masing-masing memiliki aturan main sendiri,” jelasnya.

Kesulitan lain, lanjut Fortier, gugatan penghitungan suara ulang harus dibiayai oleh calon yang menggugat. Berdasarkan aturan Federal Election Commission (FEC), kandidat tidak bisa mengumpulkan dana sembarangan. Korporasi, organisasi buruh, bank-bank nasional, maupun perusahaan multinasional dilarang memberi sumbangan dana untuk gugatan ini.

“Persoalannya aturan penghitungan ulang bisa berbeda antara negara bagian yang satu dengan lainnya, meskipun umumnya jika selisih suara tipis, penghitungan suara dibiayai negara bagian, tetapi pada kenyataannya dibiayai oleh kandidat,” jelas Fortier.

Mempersatukan
Joe Biden, Sabtu (7/11), mengumumkan kemenangannya sebagai presiden AS ke-46. Dalam pidato pertamanya, Biden mengatakan saatnya untuk melakukan pemulihan sambil mendorong persatuan, bukan perpecahan, di tengah kondisi negara yang terbelah sangat dalam selama empat tahun terakhir.

“Rakyat telah berbicara. Mereka memberikan kami kemenangan yang meyakinkan,” kata Biden dari kota asalnya, Wilmington, Delaware.

Lebih lanjut, Biden menyatakan,”Saya berjanji menjadi presiden yang bukan memecah belah, tetapi mempersatukan.”
Pada kesempatan itu, Biden juga menyinggung kekecewaan para pendukung Trump. “Mereka bukan musuh kita. Mereka warga Amerika,” katanya.

Biden juga mendorong pendukungnya untuk mengakhiri era demonization, sebuah istilah yang menunjukkan suatu hal yang jelek atau jahat, serta ekspresi ketidaksetujuan yang kuat. Dia meminta warga Amerika saling memberikan kesempatan dengan menyingkirkan retorika kasar, meredakan ketegangan, dan saling melihat, serta mendengar satu sama lain. “Ini saatnya untuk pemulihan di Amerika,” katanya.

Sementara itu, Donald Trump menolak untuk mengakui kekalahannya. Dia juga belum berbicara di depan publik, melainkan memilih bermain golf di Klub Golf Nasional Virgina saat media utama mengumumkan kekalahannya.

“Saya memenangi pemilu. Hal-hal buruk terjadi,” katanya dalam pesan di Twitter dari Gedung Putih setelah selesai bermain golf.

Dalam pernyataan sebelum bermain golf, Trump menuding Biden dan media, yang selalu disebutnya sebagai “musuh rakyat” yang telah menciptakan hasil pemilu.

“Kita semua tahu mengapa Joe Biden terburu-buru untuk berpura-pura sebagai pemenang, dan mengapa sekutu medianya berusaha begitu keras untuk membantunya. Mereka tidak ingin kebenaran diungkap,” kata Trump yang pertama kalinya keluar dari Gedung Putih sejak pemungutan suara Selasa (3/11).

“Fakta sederhana, pemilu ini masih jauh dari selesai,” lanjutnya.

Atas hasil tersebut, tim kampanye Trump mengajukan gugatan di sejumlah negara bagian penentu kemenangan Biden dengan selisih suara tipis, seperti di Nevada, Pennsylvania, dan Georgia. Partai Republik tengah berupaya menggalang dana sedikitnya 60 juta dolar AS (sekitar Rp 852,9 miliar) untuk membiayai gugatan tersebut.

Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Joe Biden dan Kamala Harris akan menghadapi tantangan luar negeri, terutama pemulihan hubungan dengan Tiongkok. Selain itu, ada permasalahan terkait Laut China Selatan (LCS), Hong Kong, dan juga Taiwan.
Dalam hubungan dengan Iran, Biden telah berjanji untuk membalik apa yang disebutnya “kegagalan berbahaya” dari Trump yang melepas perjanjian nuklir 2015 dan menggantinya dengan pengetatan sanksi, sehingga menyebabkan kerusakan parah ekonomi Iran dan membuat AS terisolasi dari dunia.

Biden juga memberi angin segar terkait larangan perjalanan pemerintahan Trump kepada pelancong dari 13 negara yang sebagian besar mayoritas Muslim atau Afrika. Larangan itu dikeluarkan Trump tak lama setelah menjabat presiden pada 2017 berupa perintah eksekutif untuk melarang pelancong dari tujuh negara mayoritas Muslim masuk ke AS. “Pada hari pertama, saya akan mengakhiri larangan Muslim Trump yang inkonstitusional,” ujar Biden.(gus/b1)

Pilpres AS Donald Trump Joe Biden