Unair Kukuhkah Tiga Guru Besar Baru

josstoday.com

Ketiga guru besar baru Prof. Dr. R. Tatang Santanu Adikara, M.Sc., drh, Prof. Dr. Drs. H. Widi Hidayat, M.Si., Ak., CA., CMA, dan Prof. Dr. I Dewa Gede Ugrasena, dr., Sp.A (K), saat berfoto bersama usai menyampaikan paparan tentang penelitiannya di Aula Gedung Rektorat Unair, Surabaya, Rabu (24/5/2017). (josstoday.com/Fariz Yarbo)

JOSSTODAY.COM - Tiga guru besar baru Universitas Airlangga (Unair) secara resmi dikukuhkan oleh Rektor Unair Prof. Dr. Mohammad Nasih Se., Mt., Ak., CMA., di Aula Gedung Rektor Unair, Surabaya, Rabu (24/5/2017).

Adalah Prof. Dr. R. Tatang Santanu Adikara, M.Sc., drh (Fakultas Kedokteran Hewan), Prof. Dr. Drs. H. Widi Hidayat, M.Si., Ak., CA., CMA (Fakultas Ekonomi dan Bisnis), dan Prof. Dr. I Dewa Gede Ugrasena, dr., Sp.A (K) (Fakultas Kedokteran).

Selaku Rektor, M. Nasih, mengatakan ketiga guru nesar ini hampir putus asa karena ada beberapa yang harus merubah dan sebagainya. Namun, kerja keras yang diperlihatkan mampu memberikan jawaban atas masalah yang ada di Indonesia.

"Ketiganya hampir saja putus asa. Tapi, alhamdulillah karya-karya yang diciptakan bisa memberikan solusi dalam menghadapi persoalan bangsa ini yang tentu sangat luar biasa," ungkapnya.

Ia mencontohkan dari ketiga karya tadi. Pertama, karya Prof. Tatang Santanu Adikara tentang "Peran Akupunktur dalam Ilmu Anatomi dan Kesejahteraan Masyarakat" mampu menciptakan inovasi akupuntur terhadap pengembang biakan daging terutama daging sapi, sehingga tidak akan ada lagi kekurangan stok sapi. Kedua, karya Prof. Widi Hidayat yakni terkait sistem dibidang audit internal maupun eksternal. Dan, karya Prof. Ugrasena yakni terkait penyakit kanker terhadap anak.

M. Nasih berharap, agar kedepan guru besar yang telah dikukuhkan siang ini bisa terus mengembangkan segala potensi, serta bisa berguna bagi masyarakat Indonesia.

Salah satu guru besar, Prof. Tatang, mengaku bahagia dengan pengukuhan kali ini. Karena, menghabiskan waktu 10 tahun baru bisa dikukuhkan. "10 tahun baru dikukuhkan, karena saya juga beberapa kali diminta untuk mengajar di China, kemudian banyak yang harus saya rubah dari penelitian ini," akuinya. (ais)

Universitas Airlangga (Unair) Mohammad Nasih