Ini Hasil Penelitian Unair Soal Rokok Elektrik

josstoday.com

Ilustrasi

JOSSTODAY.COM - Merokok merupakan salah satu gaya hidup masyarakat Indonesia yang tidak dianjurkan untuk kesehatan. Dari hasil Riskesdas 2013, ada peningkatan proporsi penduduk Indonesia usia sekitar 15 tahun yang merokok setiap tahunnya. Pemerintah mulai berupaya menurunkan jumlah perokok dengan memberikan pernyataan mengenai kenaikan harga rokok konvensional pada tahun 2016. Pernyataan tersebut membuat sebagian perokok konvensional beralih ke rokok elektrik (vapor) yang dianggap lebih aman.

Lima orang mahasiwa jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga dalam penelitiannya berhasil membandingkan pengaruh antara asap rokok elektrik dan asap rokok konvensional terhadap paru-paru tikus putih (Rattus norvegicus). Hasil penelitiannya dituangkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan judul “Perbandingan Pengaruh Asap Rokok Elektrik dan Asap Rokok Konvensional terhadap Pulmo Tikus Putih (Rattus norvegicus)”.

Hasil penelitian kelima mahasiwa tersebut, yaitu Yoan Asri Triantara (ketua tim), Inggit Almira, Sarwan Adi Kusumo, Muhammad Fajar, dan Dicky Darmawan, berhasil lolos dari penilaian Dirjen Dikti dan berhak atas dana hibah penelitian Kemenristekdikti dalam program PKM tahun 2017.

Diterangkan oleh Yoan Asri, penelitian untuk mengetahui seberapa kerusakan paru melalui jumlah makrofag alveolar dan karakter histopatologis pada tikus putih, dibagi dalam empat kelompok pemaparan asap rokok elektrik dan asap rokok konvensional. Dibawah bimbingan Dr. Dwi Winarni, Dra., M. Si., Tim PKMPE ini ingin memberikan informasi perbandingan pengaruh kedua jenis asap rokok tersebut agar menjadi bahan pertimbangan peneliti lain dan masyarakat umum.

”Hasil penelitian yang diuji menggunakan uji Brown-Forsythe dan Games-Howell menunjukkan bahwa asap rokok konvensional dengan kadar nikotin 2,4 mg dapat menyebabkan peningkatan jumlah makrofag alveolar dan karakter kerusakan histopatologis paru terbesar, namun tidak berbeda signifikan dengan pengaruh yang disebabkan oleh asap rokok elektrik dengan kadar nikotin 3 mg,” kata Yoan.

Pada kelompok pemaparan asap elektrik dengan kadar nikotin 0 mg, ditemukan makrofag alveolar sebagai indikasi kerusakan paru dan karakter histopatologis dengan skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.

“Jadi rokok elektrik maupun rokok konvensional dapat menyebabkan kerusakan pada tikus putih yang menjadi model eksperimen kami. Hal yang selama ini juga berlaku untuk rokok elektrik dengan kadar nikotin 0 mg ini dianggap aman oleh masyarakat,” ujar Yoan menyimpulkan hasil penelitian bersama timnya. (ru/pr)

rokok mahasiswa unair