Mahasiswa UNAIR Juarai Karya Tulis Ilmiah di Turki
Moh. Wahyu Syafi'ul Mubarok (dua dari kanan) bersama para mahasiswa Indonesia di Turki dan para pemenang karya tulis lainnya.
JOSSTODAY.COM - Mahasiswa Universitas Airlangga, Moh. Wahyu Syafi'ul Mubarok berhasil meraih juara I dalam ajang olimpiade karya tulis ilmiah dan simposium internasional yang diadakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia Turki. Mahasiswa prodi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, angkatan 2016 ini menulis rmakalah berjudul Uji Coba Nuklir Turki di Pulau Terluar Indonesia
Dalam kompetisi ini, pemuda yang akrab disapa Wahyu tersebut menyisihkan 36 judul makalah yang masuk di panitia. Ia lantas berkesempatan mempresentasikan karyanya di Baglarbasi Cultural Center, Istanbul, Turki. Di sana, ia presentasi bersama dua mahasiswa lain, yakni Nindya Kharisma Cahyaningtyas dari Universitas Indonesia, dan Tiara Puspita dari Eskisehir Osmangazi University.
Simposium yang berlangsung sejak 20-28 Januari itu dihadiri oleh para mahasiswa yang menempuh studi di Turki. Mereka berasal dari berbagai negara, seperti Malaysia, Mesir, Afrika, Turki, dan Indonesia.
Di Istanbul, Wahyu mempresentasikan makalahnya yang berisi tentang kerja sama penggunaan energi nuklir antara Indonesia dan Turki untuk pemenuhan energi di masa yang akan datang. Penggunaan energi nuklir itu dilihat dari aspek SDM, SDA, kebijakan pemerintah Indonesia dan Turki, serta mega proyek tiongkok one belt one road.
"Tujuan besar kerjasama itu adalah kedaulatan pulau di Indonesia dengan landasan poros maritim 2020. Sedang bagi Turki, dapat memenuhi cita-cita Turki tahun 2023 di bidang energi," ujar penulis buku motivasi Islam berjudul Pelangi Diri itu.
Terkait prestasinya tersebut, Wahyu merasa sangat senang dan bangga. Dia tidak menyangka bisa menjadi juara I. "Saya masih tidak percaya," katanya.
Selama seminggu di Turki, dia mengaku banyak belajar dari negara tersebut. Dia diajak keliling kota dan sempat berkunjung ke kompleks Hagia Sophia, Taksim, Galata Tower, Bosphorus Tour, Basilica Cistern, Süleymaniye, dan beberapa universitas di Istanbul.
"Kami juga diajak ke Bolu, kota kecil di antara Istanbul dan Ankara, untuk lihat salju tebal di bukit Golcuk. Kemudian ke KBRI Ankara, sampai ke Anitkabir (makam Ataturk)," ucap mahasiswa yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Penalaran UNAIR itu.
Dalam kesempatan tersebut, Wahyu juga diundang di Radyo SES 92,7, sebuah radio milik pemerintah Turki. Di sana, dia berbagi ide dan pengalaman tentang makalah yang ditulisnya. “This is my first time ke luar negeri. Di samping cita rasa masakan Turki yang aneh, Turki menawarkan kesan akan keagungan sejarah yang masyhur sepanjang zaman, dan layak untuk dijelajahi sekali sebelum mati, tandasnya. (tus/mif)
mahasiswa