Khofifah, Trunojoyo Dan Cakrabyuha

josstoday.com

JOSSTODAY.COM - Mochtar W. Oetomo

Ya ya ya. Amangkurat II sepertinya menyadari betul bahwa untuk bisa menaklukkan Trunojoyo, satu-satunya jalan adalah bagaimana sebisa mungkin menghalau terlebih dulu dari benteng pertahanannya di Surabaya. Selama Trunojoyo masih bertahan di Surabaya, maka amat sulit bagi laskar Mataram untuk menaklukkan dan menangkap Trunojoyo. Bukan hanya karena kokohnya benteng pertahanan yang sudah disiapkan dan diatur sedemikian rupa oleh Trunojoyo, lebih dari itu ketika Trunojoyo masih di Surabaya maka bantuan yang tak putus akan terus datang bergelombang dari Madura, Pasuruan, Malang, Tuban dan daerah lain untuk membantu Trunojoyo. Maka satu-satunya cara adalah bagaimana Mataram mampu memutus alur bantuan dari berbagai daerah tersebut, untuk kemudian menghalau Trunojoyo dari Surabaya dan jangan sampai ke Malang (wilayah Arek) lainnya.

Menyadari bahwa kekuatan Mataram semata (yang sudah compang-camping akibat perang melawan Pangeran Alit dan Pangeran Trunojoyo-Karaeng Galesong sebelumnya) tidak akan mungkin mampu menaklukkan kekuatan Trunojoyo yang sudah begitu mengakar di wilayah Arek, Madura dan Tapal Kuda, maka tak ada jalan lain bagi Amangkurat II adalah meminta bantuan dari Batavia, yakni Kumpeni VOC dan Pasukan Arung Palaka dari Bone. Kumpeni VOC, yang diwakili oleh Cornelis Speelman dalam perjanjian di Jepara pada akhir 1677, pada akhirnya bersedia membantu Amangkurat II untuk menaklukkan Trunojoyo, namun dengan beberapa syarat.

Maka ekspedisi penghalauan Trunojoyo dari bumi Arek pun dimulai. Amangkurat II, Kumpeni VOC dan Arung Palaka menyerbu Surabaya dengan gelar perang Cakrabyuha. Sebuah gelar perang yang pada era Bharatayudha menjadi gelar perang andalan Drona dalam menggilas pasukan Pandawa dan berhasil membunuh Abimanyu. Ibarat lingkaran Cakra, gelar perang ini akan menjebak musuhnya dalam lingkaran kepungan berlapis-lapis labirin, yang tanpa disadari akan menggiring musuhku ke arah yang diinginkan, untuk kemudian lemas kehabisan energi dan pada akhirnya tewas tergilas. Speelman menunjuk Kapten Jonker memimpin penyerbuan terhadap Trunojoyo. VOC dibantu oleh pasukan Arung Palakka, pangeran Bone yang pernah melawan Kesultanan Makassar untuk berhadapan dengan pendukung setia Sultan Hasanuddin, Karaeng Galesong menantu Trunojoyo.

Cakra pertama, VOC menggerakkan 5 kapal perang dari Batavia yang berangkat bersama pasukan Arung Palakka, melalui laut menaklukan Madura dan Bawean mengepung Surabaya. Cakra kedua, pasukan kumpeni dari Semarang bergerak lewat darat dengan menyisir dan melakukan penaklukan-penaklukan daerah pendukung Trunojoyo di Pantura Barat mulai Lasem, Tuban hingga Gresik. Cakra ketiga, ribuan prajurit Mataram berangkat dari Jepara, menyisir tengah dan selatan, menaklukkan daerah-derah penyokong Trunojoyo seperti Jombang, Singosari hingga Pasuruan.

Gempuran tiga labirin Cakra yang menggilas dari berbagai penjuru benar-benar membuat pasukan Trunojoyo kewalahan dan terpaksa harus keluar dari pertahanannya si Surabaya, tapi Trunojoyo dan pasukannya tak bisa geser ke Malang karena labirin Cakra pasukan Mataram telah menghadang di Singosari. Maka sebagaimana kehendak dari strategi Cakrabyuha, Trunojoyo dan pasukannya terdesak ke arah Kediri. Daerah yang notabene tidak memberi dukungan cukup berarti bagi Trunojoyo dalam perlawanannnya terhadap Mataram dan VOC. Trunojoyo sempat lolos dari kejaran dengan menjelajahi lereng Gunung Kelud. Namun, pasukan musuh terus mengejarnya dan akhirnya Trunojoyo tertangkap pada penghujung tahun 1679. VOC kemudian membawanya ke hadapan Amangkurat II. Dan berakhirlah perlawanan Trunojoyo, Tanggal 2 Januari 1680, Trunojoyo dieksekusi langsung oleh Amangkurat II sendiri.

Ya ya ya. Ibarat Trunojoyo, wilayah Arek yang membentang dari Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, Malang dan Batu, adalah basis kekuatan dan pertahanan utama Gus Ipul dalam kontestasi Pilgub Jatim 2018. Hasil riset beberapa lembaga survei sejak pertengahan 2017 menunjukkan bahwa Gus Ipul unggul jauh atas Khofifah di wilayah Arek ini.Lembaga-lembaga survei seperti Charta Politika, Indobarometer, Kedai Kopi, Polmark, Kompas dan SSC setidaknya mengkonfirmasi bahwa di tengah persaingan sengit antara Gus Ipul vs Khofifah, wilayah Arek tetap menjadi basis pertahanann kuat bagi Gus Ipul. Ini tentu akan menjadi tantangan tersendiri bagi Khofifah dalam upayanya menuju Jatim 1 untuk yang ketiga kalinya.

Wilayah Arek bagaimanapun adalah pusat geopolitik Jawa Timur. Posisinya yang ada di tengah-tengah Jatim, membuat wilayah Arek menjadi tempat berlalu-lalang masyarakat Jatim, sekaligus menjadi tempat persinggungan dan pertukaran informasi. Banyak masyarakat dari berbagai belahan Jatim merantau dan mengais rezeki di Surabaya dan Malang, menjadi rujukan informasi dan rujukan politik bagi sanak kadang dan handai taulannya di daerah asal. Tak jarang saat para perantau ini pulang ke kampung halaman, dia menjelma menjadi jurkam yang disadari atau tidak membagikan berbagai informasi tentang Pilgub beserta para kandidatnya pada orang-orang di sekitarnya. Pada saat bersamaan wilayah Arek adalah pusat informasi dan komunikasi yang menyebar dan memviral ke seluruh penjuru, Surabaya dan Malang adalah pusat industri media massa, koran, TV dan Radio besar yang menjadi rujukan masyarakat Jatim. Belum lagi dengan lalu-lalang informasi melalui media sosial yang episentrumnya berpusat di Surabaya dan Malang.

Ya ya ya. Maka wajar jika lahir adagium politik sederhana, "Siapa menguasai Surabaya dan Arek, maka dia akan menguasai Jawa Timur". Berlebihan mungkin. Tapi dengan menguasai Surabaya dan Arek, maka dia memiliki potensi lebih unggul untuk melakukan desiminasi dan mobilisasi ke wilayah-wilayah sekitarnya seperti Madura, Tapal Kuda dan Pantura Barat. Langkah awal untuk memperkuat dukungan dan memenangkan pertarungan. Sebagaimana Trunojoyo begitu cepat memobilisasi berbagai kekuatan di Jatim untuk mengalahkan Amangkurat I sebelum berhadapan dengan Amangkurat II yang sebelumnya adalah sekutu.

Ya ya ya. Sebagaimana Trunojoyo, Gus Ipul agaknya juga memahami adagium politik ini. Menguasai Arek. Maka sejak awal Gus Ipul merapat ke PKB dan PDIP yang memiliki basis kuat di wilayah Arek. Mempertahankan dominasinya hingga berbulan-bulan. Maka, meski Khofifah (berdasar hasil survei banyak lembaga survei juga) telah mendominasi di wilayah Mataraman, dan perlahan mulai mengimbangi atau bahkan menyusul di Pantura Barat, Madura dan Tapal Kuda, hingga saat ini belum juga mampu meninggalkan Gus Ipul dengan margin suara yang aman. Rata-rata hasil riset berbagai lembaga survei menunjukkan hingga saat ini persaingan di antara keduanya masih dalam batas margin of error, persaingan yang sengit, susah menentukan siapa sesungguhnya yang lebih unggul. Wilayah Arek dengan jumlah pemilih yang relatif lebih besar dibanding Madura, Pantura Barat dan Tapal Kuda tetap menjadi basis kekuatan Gus Ipul untuk terus bisa bersaing hingga hari H pencoblosan di Palagan Pilgub Jatim 2018.

Ya ya ya. Mengingat hal tersebut di atas, maka sepertinya tak ada pilihan lain bagi Khofifah dan pasukannya, mau tidak mau harus mengeluarkan kekuatan penuh untuk mengepung dan menaklukkan wilayah Arek jika ingin memastikan kemenangannya. Gelar perang Cakrabyuha ala Amangkurat II yang mengepung Trunojoyo dari segala penjuru, memutus alur dukungan dari segala arah, dan menggiringnya ke wilayah Mataraman yang selama ini menjadi basis Khofifah akan menjadi pilihan logis bagi Khofifah untuk menaklukkan dominasi Gus Ipul di wilayah Arek sekaligus merebut tahta Jatim 1 yang sejak lama telah ia perjuangkan. Saat ini Khofifah, melalui berbagai hasil riset beberapa lembaga survei, mulai mengimbangi dan bahkan menyusul Gus Ipul di Madura, Pantura Barat dan Tapal Kuda, maka serangan terakhir ala Cakrabyuha Amangkurat II tentu akan jauh lebih mudah untuk dilakukan.

Ah masak akan semudah itu sih ?! Ya ya ya. Sebentar sebentar sebentar. Ekspedisi penaklukan Amangkurat II atas Trunojoyo di mulai dengan permintaan bantuan ke Batavia. Ke pasukan VOC dan Arung Palakka dengan beberapa syarat. Disamping itu gelar perang Cakrabyuha efektif dilakukan oleh gabungan pasukan Mataram, VOC dan Arung Palakka karena kepiawaian dan kecerdasan Kapten Jonker dalam mengkoordinasi, mengkonsolidasi dan memobilisasi seluruh kekuatan. Pertanyaannya adalah, apakah Khofifah juga harus mendatangkan bala bantuan dari Batavia untuk bisa merebut Arek? Apa dan siapakah kekuatan bala bantuan dari Batavia ini? Apa dan siapakah Arung Palakka dan pasukannya? Dan lebih dari semua itu, siapakah Kapten Jonker dari Khofifah yang akan memimpin penaklukan Arek dan mengantar Khofifah ke kursi Gubernur? Jreng jreng !

Mochtar W Oetomo
Dosen Universitas Trunojoyo Madura (UTM).

 

Pilgub Jatim 2018 Trunojoyo Cakrabyuha Khofifah Gus Ipul