Harga Beras Naik, Bulog Disarankan Gelontorkan Simpanan

josstoday.com

JOSSTODAY.COM - Harga beras medium yang menjadi makanan sehari-hari masyarakat mulai menanjak naik. Kenaikan tersebut, seiring dengan mulai menipisnya produksi di akhir tahun. Langkah Bulog yang lamban menggelontorkan beras simpananan stok hingga 2,4 juta dipertanyaan.

Mantan Menteri Pertanian, Anton Apriyantono, mengatakan, seharusnya Bulog sudah mengeluarkan simpanan stok. Apalagi, saat ini Bulog sudah bebas melakukan operasi pasar di sepanjang tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan surplus 2,85 juta ton, stok di pasaran bisa sangat pas-pasan hingga akhir tahun.

"Ada potensi kekurangan beras di akhir tahun. Setiap tahun selalu begitu. Akhir tahun sampai Februari biasa ada kekurangan. Enggakada surplus," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Investor Daily, di Jakarta, Selasa (13/11).

Anton menjelaskan, stok di pasaran bisa berpotensi kurang karena catatan surplus yang dirilis BPS lebih banyak tersimpan di rumah tangga. Potensi kekurangan beras di akhir tahun yang terindikasi dari harga, terlihat juga dari data BPS yang menyebutkan adanya penyusutan luas lahan untuk pertanian padi.

Akademisi Universitas Indonesia (UI), Mohamad Ikhsan, mengatakan, kenaikan harga beras bukanlah keanehan yang terjadi akibat perdagangan. Kondisi ini tak lain karena memang panenan sudah berkurang.

Harga gabah dari petani pun dilihatnya memang juga sudah melambung. Karena itu, sudah saatnya melepaskan stok-stok yang ada di gudang Bulog agar harga beras bisa kembali terjangkau.

"Stok ngapain disimpan. Stok itu harus disimpan pada musim panen, dilepas pada musim bukan panen," ujarnya.

Ia memperkirakan, untuk bisa mencapai harga normal beras medium, setidaknya Bulog mesti menggelontorkan stok sebanyak 100.000 ton per bulan.

Dalam data beras terbaru yang dirilis BPS beberapa minggu lalu, diproyeksikan memang akan terjadi defisit beras hingga 2,53 juta ton dalam kisaran Oktober - Desember 2018.

Produksi padi dalam tiga bulan tersebut hanya 6,89 juta ton atau setara dengan 3,94 juta ton beras. Sementara itu, konsumsi masyarakat di periode yang sama diprediksi mencapai 7,45 juta ton.

Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya, Arief Prasetyo Adi, mengakui, pihaknya butuh gelontoran beras dari Bulog karena harga beras medium di Pasar Cipinang yang saat ini sudah berkisar Rp 9.100 per kilogram (kg). Padahal normalnya, harga beras medium di pasar tersebut sekitar Rp 8.700 per kg.

- Harga beras medium yang menjadi makanan sehari-hari masyarakat mulai menanjak naik. Kenaikan tersebut, seiring dengan mulai menipisnya produksi di akhir tahun. Langkah Bulog yang lamban menggelontorkan beras simpananan stok hingga 2,4 juta dipertanyaan.

Mantan Menteri Pertanian, Anton Apriyantono, mengatakan, seharusnya Bulog sudah mengeluarkan simpanan stok. Apalagi, saat ini Bulog sudah bebas melakukan operasi pasar di sepanjang tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan surplus 2,85 juta ton, stok di pasaran bisa sangat pas-pasan hingga akhir tahun.

"Ada potensi kekurangan beras di akhir tahun. Setiap tahun selalu begitu. Akhir tahun sampai Februari biasa ada kekurangan. Enggakada surplus," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Investor Daily, di Jakarta, Selasa (13/11).

Anton menjelaskan, stok di pasaran bisa berpotensi kurang karena catatan surplus yang dirilis BPS lebih banyak tersimpan di rumah tangga. Potensi kekurangan beras di akhir tahun yang terindikasi dari harga, terlihat juga dari data BPS yang menyebutkan adanya penyusutan luas lahan untuk pertanian padi.

Akademisi Universitas Indonesia (UI), Mohamad Ikhsan, mengatakan, kenaikan harga beras bukanlah keanehan yang terjadi akibat perdagangan. Kondisi ini tak lain karena memang panenan sudah berkurang.

Harga gabah dari petani pun dilihatnya memang juga sudah melambung. Karena itu, sudah saatnya melepaskan stok-stok yang ada di gudang Bulog agar harga beras bisa kembali terjangkau.

"Stok ngapain disimpan. Stok itu harus disimpan pada musim panen, dilepas pada musim bukan panen," ujarnya.

Ia memperkirakan, untuk bisa mencapai harga normal beras medium, setidaknya Bulog mesti menggelontorkan stok sebanyak 100.000 ton per bulan.

Dalam data beras terbaru yang dirilis BPS beberapa minggu lalu, diproyeksikan memang akan terjadi defisit beras hingga 2,53 juta ton dalam kisaran Oktober - Desember 2018.

Produksi padi dalam tiga bulan tersebut hanya 6,89 juta ton atau setara dengan 3,94 juta ton beras. Sementara itu, konsumsi masyarakat di periode yang sama diprediksi mencapai 7,45 juta ton.

Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya, Arief Prasetyo Adi, mengakui, pihaknya butuh gelontoran beras dari Bulog karena harga beras medium di Pasar Cipinang yang saat ini sudah berkisar Rp 9.100 per kilogram (kg). Padahal normalnya, harga beras medium di pasar tersebut sekitar Rp 8.700 per kg. (fa/b1)

Harga beras