Akhir Virus Korona Tak Bisa Diprediksi

josstoday.com

Petugas menyemprotkan disinfektan di Stasiun Hankou, Wuhan, Tiongkok, untuk mengatasi penyebaran virus korona.

Penyebaran novel coronavirus (nCoV) atau virus korona kian massif. Korban akibat virus yang ditemukan pertama kali di Wuhan, Tiongkok kini makin bertambah. Data terakhir sampai Senin (10/2/2020) korban jiwa sudah menembus 900 orang. 

Melihat eskalasinya sampai saat ini, tidak bisa diprediksi sampai kapan penyebaran dan kekacauan yang ditimbulkan akibat virus ini akan berakhir. Pengalaman dari infeksi saluran pernapasan berat yang juga disebabkan oleh virus korona, yaitu Severe acute respiratory syndrome (SARS) tahun 2002-2003 dalam waktu sekitar 1 tahun lebih berhenti dengan sendirinya. Namun untuk virus korona strain baru yang berasal dari Wuhan, Tiongkok ini belum bisa diperkirakan kapan berakhir.

Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Susanto mengungkapkan tidak bisa diprediksi kapan berakhirnya nCoV karena penyebarannya sangat cepat dan menular antar manusia. Rata-rata per hari kasus baru bisa capai 2.000 hingga 3.000 kasus. Sementara penyakit ini belum ada obat dan vaksinnya.

“Penyebarannya sangat cepat karena sudah terbukti penularan dari manusia ke manusia. Kemudian kemungkinan sifat virulensi menyebarnya juga lebih cepat. Ini kuman baru, memang masih banyak hal belum bisa dijawab, semua masih diteliti,” kata Agus ketika dihubungi Suara Pembaruan, Minggu (10/2/2020).

Untuk menghentikannya harus memutus mata rantai penularan, menutup sumber penularannya. Tetapi ini sulit dilakukan di Wuhan, tempat pertama nCoV ditemukan. Semua orang di kota ini nyaris terinfeksi dan telah diberlakukan isolasi kota. Isolasi kota dimaksudkan agar tidak menularkan ke kota lain.

Konsekuensinya, penambahan kasus baru terus meningkat di Hubei karena penularan terjadi di antara mereka di dalam kota tersebut. Karena itu, di kota-kota Hubei yang sudah terinfeksi yang saat ini dilakukan adalah perlindungan individu, yaitu penggunaan masker, kebersihan pribadi seperti sering-sering cuci tangan. Kemudian makanan bergizi, dan istirahat cukup untuk menjaga imunitas tubuh. Pasalnya sebagus apapun upaya penanggulangan yang dilakukan pemerintah jika imunitas seseorang tidak baik maka ia berisiko untuk terinfeksi bahkan berisiko meninggal.

Menghambat penularan nCoV mungkin bisa dilakukan oleh negara di luar Tiongkok yang sudah terinfeksi. Singapura, misalnya kasusnya ada tapi penambahannya sedikit. Mereka mulai memutus rantai penularan dengan pelacakan kasus. Mereka yang sudah terinfeksi akan dilacak semua orang-orang terdekat yang kontak kemudian dilakukan pemeriksaan. Jika positif langsung diisolasi dan dirawat. Semua orang yang terdekat yang kontak terus dicari dan diperiksa sampai dapat hasil negatitf sehingga tidak ada sumber penularan ke orang lain lagi. Diharapkan kasusnya berhenti. Selain itu sudah ada larangan penerbangan ke Tiongkok.

Fatalitas Rendah

Meski jumlah kasus dan kematian terus bertambah, menurut Agus, tingkat fatalitas nCoV masih jauh lebih rendah dibanding SARS dan MERS yang sama-sama disebabkan oleh virus korona. Angka kematian nCoV hingga saat ini hanya kira-kira 3 persen dibandingkan dengan jumlah kasus terinfeksi. Bandingkan dengan SARS dengan angka kematian capai 9,40 persen di tahun 2002-2003, dan MERS Cov 34,40 persen tahun 2012.

WHO: Meski Jumlah Korban Baru Stabil, Wabah Korona Perlu Diwaspadai

“Jadi kalau kita lihat data sudah jelas angka fatalitasnya rendah dibanding MERS dan SARS. Bisa jadi karena virus dari MERS dan SARS lebih ganas dari nCoV. Tapi kita belum tahu karakteristiknya seperti apa. Masih banyak yang belum jelas dari nCoV, semuanya masih diteliti,” kata Agus.

Namun menurut Agus, yang justru diwaspadai adalah tingkat penyebarannya yang sangat cepat. Dalam hitungan sekitar dua bulan jumlah kasusnya sudah puluhan ribu. SARS dalam kurun waktu hampir 2 tahun hanya sekitar 8.000 kasus.

Dokter spesialis penyakit dalam FKUI-RSCM yang juga Dewan Penasehat Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban mengatakan, tingkat fatalitas nCoV belum bisa dipastikan lebih rendah. Pasalnya masih banyak kasus terinfeksi yang dalam kondisi kritis di Tiongkok. Meskipun ada sekitar 2.873 yang sembuh dan jumlahnya terus bertambah, tetapi ada pula 6.196 yang masih dalam kondisi kritis. Itu artinya yang berisiko untuk meninggal masih banyak.

“Artinya yang angka kematian 813 orang masih bisa bertambah. Jadi belum bisa kita pastikan bahwa angka fatalitas nCoV ini rendah. Kecuali jika nanti kasusnya sudah benar-benar hilang baru bisa kita hitung,” kata Zubairi.

Tetapi, lanjut Zubairi, pasien yang meninggal juga bukan karena keganasan virusnya, melainkan kaitannya dengan imunitas rendah. Sebagian besar pasien meninggal adalah orang tua dan adanya penyakit penyerta. Novel coronavirus sampai saat ini belum ada obatnya, sehingga pengobatan yang diberikan hanya bersifat simptomatik atau menyembuhkan gejala umumnya, seperti batuk, flu, pilek, sakit kepala. Pasien nCoV dengan penyakit penyerta seperti diabates, misalnya, tim dokter akan berupaya menyembuhkan gejala nCoV-nya sekaligus kadar gulanya tetap terjaga. Tetapi umumnya imunitas mereka tidak cukup kuat karena diabates yang dialaminya sudah terjadi bertahun-tahun.

Ahli penyakit tropik dan infeksi PB IDI, Erni Juwita Nelwan mengatakan, yang dikhawatirkan dari nCoV adalah angka kesakitannya tinggi. Tetapi tingkat keparahannya tergantung pada respon imun tiap orang. Dari 10 orang yang terinfeksi, bisa jadi sebagian besar hanya merasa kurang enak badan, sebagian sakit dan kemudian cepat sembuh, tetapi beberapa lainnya mungkin saja meninggal dengan cepat. Itulah mengapa menjaga kesehatan diri dengan gaya hidup sehat dan bersih sangat disarankan untuk mencegah penularan virus ini.

“Meski tidak ada obatnya, penyakit yang disebabkan oleh virus akan sembuh dengan sendiri. Sama seperti DBD tidak semua penderitanya meninggal. Kalau terlambat iya. Kalau sakit dan sudah lansia bisa juga berisiko,” kata Erni.

Menurut Erni, faktor yang meyebabkan korban meninggal adalah kemampuan badannya untuk menangani semua kekacauan yang muncul entah itu disebabkan oleh nCoV atau gangguan organ yang diserang oleh penyakit lainnya. (is/b1)

Virus Corona Corona Virus