Mengenal Varian Afsel dan India yang Sudah Masuk Indonesia

josstoday.com

JOSSTODAY.COM - Belum lama ini Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengonfirmasi sejumlah kasus positif infeksi virus corona dari varian yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan dan India.

Semua virus, termasuk corona, bermutasi dan membentuk varian baru saat mereka menggandakan diri untuk berkembang biak dan menyebar.

Mutasi ini bisa mengkhawatirkan jika varian baru lebih mudah menular, lebih mematikan, dan bisa melawan vaksin dibandingkan virus awalnya.

Bagaimana dengan dua varian yang sudah merambah Indonesia itu?

Varian Afrika Selatan
Varian ini diberi nama 501.V2 atau B.1.351 dan menjadi tipe dominan dalam wabah Covid-19 di Afsel.

Varian dimaksud menghasilkan mutasi yang disebut N501Y dan menurut penelitian membuat varian ini lebih menular atau lebih mudah berpindah inang.

Ia juga menghasilkan mutasi yang disebut E484K, yang mampu menerobos sistem kekebalan manusia dan bisa berdampak pada daya tangkal vaksin.

Sejauh ini belum ada bukti bahwa varian Afsel membuat penyakit Covid-19 lebih parah atau lebih mematikan.

Menurut penelitian di Israel, sejumlah orang yang telah divaksin penuh masih bisa terinfeksi varian Afsel.

Seperti halnya virus corona versi original, varian Afsel sangat berbahaya bagi kelompok manula dan mereka yang memiliki penyakit bawaan.

Sampai dilakukannya penelitian yang lebih menyeluruh, sejauh ini belum dapat dipastikan bahwa varian Afsel bisa melawan vaksin Covid-19 yang ada sekarang.

Uji coba vaksin buatan Novavax, Janssen, dan Oxford/AstraZeneca di Afsel mengindikasikan bahwa dalam sejumlah kasus, varian ini mampu melawan sistem kekebalan.

Namun, para pakar mengatakan vaksin tetap mampu memberi pelindungan terhadap gejala Covid-19 yang lebih parah atau mencegah kematian akibat varian ini.

Hasil penelitian atas vaksin Moderna mengindikasikan kemampuannya untuk melawan varian Afsel.

Namun, dalam skenario terburuk, vaksin bisa dirancang ulang dan disesuaikan untuk melawan varian baru dalam waktu beberapa pekan atau bulan, kalau memang diperlukan.

Varian Afsel menjadi tipe Covid-19 yang dominan di sejumlah provinsi di Afsel, dan sudah menyebar ke sedikitnya 20 negara, seperti Austria, Inggris, Amerika Serikat, Norwegia, dan Jepang.

Varian ini terdeteksi pertama kali di Nelson Mandela Bay, Afsel, awal Oktober 2020.

Ia juga menjadi tipe yang dominan di Zambia.

Varian India
Varian ini disebut B.1.617, pertama kali terdeteksi di India pada Desember 2020. Sudah ada sedikitnya 17 negara yang melaporkan kasus varian ini.

Varian B.1.617 juga memiliki dua jenis mutasi di bagian luar virus yang menempel ke sel manusia, menurut pakar virologi setempat, Shahid Jameel.

Varian India menjadi perhatian global karena negara itu saat ini tengah mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang paling tinggi di dunia.

Dalam dua pekan terakhir, setiap harinya India melaporkan lebih dari 300.000 kasus baru. Rekornya terjadi Sabtu (1/5/2021) lalu, dengan lebih dari 400.000 kasus.

Hari berikutnya, India mencatat 3.689 korban jiwa akibat Covid dalam periode 24 jam, juga rekor baru di negara tersebut.

Para pakar masih meneliti apakah varian baru ini memang menjadi penyebab utama lonjakan kasus dan korban jiwa di India.

Sejumlah penelitian laboratorium dengan sampel terbatas mengindikasikan demikian, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan perlu penelitian yang lebih luas lagi untuk memastikannya.

Situasinya memang cukup rumit karena di sejumlah wilayah India, tipe yang dominan adalah varian B.117 yang pertama kali terdeteksi di Inggris.

Di New Delhi, jumlah kasus akibat varian Inggris meningkat dua kali lipat pada Maret lalu.

Varian India banyak ditemukan di Maharashtra, negara bagian yang paling parah dilanda Covid-19.

Pakar penyakit menular Amerika Serikat Chris Murray dari University of Washington mengatakan lonjakan kasus infeksi yang dahsyat di India dalam periode yang begitu singkat mengindikasikan adanya "varian yang lolos" dan mampu mengalahkan sistem kekebalan dari infeksi alamiah di populasi.

"Kemungkinan besar adalah B.1.617," ujarnya.

Carlo Federico Perno, Kepala Mikrobiologi dan Imunologi Bambino Gesù Hospital di Roma, Italia, mengatakan varian India bukan satu-satunya penyebab lonjakan kasus di India saat ini. Ia menuding longgarnya pembatasan sosial di India yang menjadi pemicu lain.

Perdana Menteri India Narendra Modi banyak dikritik karena mengizinkan kampanye politik massal dan perayaan keagamaan yang menjadi pusat penularan skala besar atau super-spreader.

Varian India bisa dikalahkan oleh vaksin, menurut pakar penyakit menular AS Anthony Fauci, berdasarkan bukti awal penelitian vaksin Covaxin yang dikembangkan oleh India sendiri. (fa/b1)

Varian India Virus Corona Varian Afrika Covid-19