Gus Ipul: Kebutuhan Semen Meningkat, Jangan Diambil Asing

josstoday.com

Saifullah Yusuf (berkopyah) dalam diskusi Jumat (13/1/2016).

JOSSTODAY.COM - Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mendukung PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk meningkatkan kualitas produk dan jumlah produksi sebagai wujud penopang utama perekonomian di Tanah Air.

"Produksi Semen Indonesia harus ditingkatkan lagi, apalagi ke depan pemerintah akan semakin gencar membangun infrastruktur di seluruh pelosok negeri guna memeratakan kesejahteraan," ujar Saifullah Yusuf atau yang akrab dipanggil Gus Ipul, di sela Forum Diskusi Jurnalis Surabaya bertema "Kepedulian Terhadap BUMN Semen dari Serbuan Asing" di Surabaya, Jumat.

Menurut Gus Ipul, Semen Indonesia merupakan salah satu kontibutor terbesar semen di Indonesia, yakni pada 2016 produksinya mencapai 30 juta ton atau 42 persen dari kebutuhan nasional yang mencapai sebesar 72,2 juta ton.

"Sedangkan total produksi semen di Jatim mencapai 14 juta ton atau sebesar 19,38 persen terhadap produksi semen nasional," ucap Gus Ipul, yang juga ketua Pengurus Besar Nahdhatul Ulama atau PBNU.

Kata Gus Ipul, intinya, kebutuhan semen ke depan akan semakin meningkat dan menjadi peluang yang harus ditangkap oleh Semen Indonesia selaku BUMN agar tidak sampai diambil asing.

Hal senada disampaikan Direktur MM Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Airlangga Surabaya, Dr. Gancar Candra Premananto, SE, M.Si yang mengatakan, pasar semen dalam negeri harus dikuasai oleh perusahaan lokal, bukan asing.

"Karena itulah tidak ada pilihan lain selain meningkatkan produksi, kualitas, dan memperluas pasar," katanya.

Kendati demikian, lanjut dia, salah satu kendala yang harus dihadapi oleh perusahaan lokal adalah persepsi masyarakat Indonesia sendiri yang seakan kurang percaya terhadap produk lokal.

"Masyarakat kita terbiasa dan lebih suka membeli produk asing, karena 'image' produk asing pasti bagus dan karena itu wajar jika mahal. Padahal, produk kita sendiri juga tak kalah bagus dan harganya lebih terjangkau," katanya.

Waspadai Permainan Asing

Pihak asing juga dicurigai berada di balik gejolak pabrik PT Semen Indonesia (Tbk) di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Ada kabar rencana pendirian pabrik semen milik asing di Kabupaten Pati dan bisa jadi keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu menjadi hambatan dari kacamata bisnis.

"Saya dengar kabar ada pabrik asing yang mau berdiri di Pati. Kalau memang benar, jangan-jangan gerakan perlawanan (penolak pabrik Semen Indonesia di Rembang) itu jadi alat perusahaan asing itu," kata Ketua Umum Badan Kerjasama Badan Usaha Milik Daerah Seluruh Indonesia, Arif Affandi, yang juga menjadi pembiacara di forum diskusi tersebut.

Mantan jurnalis itu tidak menjelaskan rinci perusahaan asing yang berencana mendirikan pabrik semen di Pati. "Tapi itu baru dugaan. Mudah-mudahan tidak benar. Kita berbaik sangka saja, semoga perjuangan masyarakat (penolak Semen Indonesia) itu betul-betul untuk masyarakat," kata Arif.

Polemik Semen Indonesia di Rembang, kata dia, sebetulnya sudah lama. Hal yang dipersoalkan adalah tentang lahan dan dampak lingkungannya. "Mulai saya jadi wartawan dulu di Jawa Tengah tahun 1990-an, Semen Indonesia sudah ada polemik dengan masyarakat. Sekarang di Rembang," ucapnya.

Namun, katanya, masyarakat juga perlu berpikir panjang tentang masa depan bangsa Indonesia, terutama dalam menghadapi industrialisasi global. "Satu sisi kita ingin negara ini maju, ada yang dibanggakan, tapi di sisi lain selalu ada yang meriwuki (meributkan)," ujar Arif.

Semen Indonesia, menurutnya, satu di antara sedikit BUMN yang patut dibanggakan karena kontribusinya yang besar bagi Indonesia. "Semen Indonesia ada pabriknya di Vietnam. Telkomsel juga ada di Timor Leste. BUMN Karya, seperti Waskita, juga mengerjakan beberapa proyek di Arab Saudi," ujar Arif.

Mantan Direktur Utama PT Panca Wira Usaha (PWU), BUMD Pemprov Jawa Timur, itu mengatakan bahwa masyarakat harus memahami bahwa beban tugas BUMN lebih besar dibandingkan perusahaan swasta. "Kalau swasta murni profit. Bagaimana caranya terus mengembangkan kapitalisasi," katanya.

Sementara BUMN, kata Arif, memiliki tugas sebagai alat pemerintah untuk pendapatan negara. "Termasuk BUMD, kalau ketemu DPR yang ditanya pertama kali pasti berapa pendapatannya untuk negara. Sudah setor berapa?" katanya. (ru/ra)

 

semen indonesia ekonomi 2017