Pekik Merdeka !

josstoday.com

Ilustrasi.

JOSSTODAY.COM - Oleh Rully Anwar **)

Setiap memasuki bulan Agustus, memori kita selalu mengingatkan negeri ini merayakan kemerdekaannya. Ya, agustus adalah “bulan suci” bagi nasionalisme kita. Agustus adalah penanda negeri ini merebut kemerdekaannya dengan darah dan air mata. Dulu 72 tahun yang lalu hanya ada dua pilihan yang dikumandakang pada pejuang kita, merdeka atau mati!.

Pekik merdeka pun pada akhirnya menjadi ikon sendiri dalam merayakan kemerdekaan kita. Pekik ini adalah pembakar sekaligus pemicu semangat dan energi perjuangan para pahlawan-pahlawan kita dalam merebut sebuah kemenangan dan kemerdekaan. Tidak heran jika kemudian hingga saat ini pekik kemerdekaan ini menjadi simbol semangat dan perjuangan bangsa ini dalam menghadapi lawan-lawan barunya, yakni korupsi, ketidakadilan, dan ketidakberpihakan.

Dalam perjalanannya pekik ini memang mengalami penyempitan makna. Hal ini tidak lepas dari sejumlah kelompok tertentu saja yang sering menggunakan pekik kemerdekaan ini. Padahal dalam sejarahnya pekik ini adalah milik bersama anak bangsa. Pekik “Merdeka” lahir sebagai bagian dari salam nasional bangsa Indonesia. Dalam sejarah juga tercatat penetapan pekik ‘merdeka’ sebagai salam nasional bangsa Indonesia tertuang dalam maklumat pemerintah tanggal 31 Agustus 1945. Sejak maklumat ini lahir, salam nasional ini resmi berlaku sejak tanggal 1 September 1945.

Namun rezim Orde Baru sempat memarginalkan pekik ini yang dianggap sebagai warisan pemerintahan revolusioner Soekarno, sehingga pekik ini pun kemudian terpinggirkan dan hanya dipakai oleh kalangan atau kelompok tertentu. Kelompok tertentu itu memang sebagai besar adalah kekuatan kelompok nasionalis loyalis dari Soekarno. Hal ini wajar karena Bung Karnolah yang mempopulerkan pekik “Merdeka” ini. Dalam setiap kesempatan Bung Karno selalu membakar semangat rakyat dengan pekik ‘Merdeka’. Selain itu kerap juga dipakai semboyan seperti “Sekali Merdeka Tetap Merdeka” atau “Merdeka atau Mati”.

Eksistensi pekik “Merdeka” ini sebenarnya secara konstitusi masih berlaku, karena tidak ada satupun presiden yang mencabut maklumat 31 Agustus 1945 tersebut. Artinya, secara yuridis kenegaraan dan hukum tata negara, maklumat pemerintah itu tetap berlaku sebagai aturan main ketatanegaraan kita. Salam nasional “Merdeka” masih sah sebagai salamnya bangsa Indonesia. Di dalam Maklumat pemerintah 31 Agustus 1945 itu dijelaskan tentang tata-cara pengucapan salam nasional itu. Seperti “tangan kanan naik setinggi telinga, jari lima bersatu”. Gerak ini kemudian diikuti dengan mengucapkan salam nasional, “Merdeka”!. Aturan ini memiliki makna negara dan bangsa ini telah merdeka.

Dalam sejumlah literatur juga disebutkan pada 24 September 1955, Bung Karno saat di Surabaya menjelaskan makna filosofi dari pekik ‘Merdeka’ tersebut. Bung Karno menjelaskan pekik “merdeka” adalah “pekik pengikat”. Selain itu, menurut Bung Karno, pekik “merdeka” adalah cetusan bangsa yang berkuasa sendiri, berdikari, tidak ada ikatan penjajahan atau imperialisme. Pekik “merdeka” ini semakin menguat dan “ viral” terutama setelah Bung Karno sukses menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika. Salam atau pekik “merdeka”  itu pun diucapkan dengan tangan terkepal.

Pekik “merdeka” ini pun kemudian mengkristal dengan peristiwa pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Bung Tomo, sang pemimpin dan pembakar gerakan arek-arek Suroboyo melawan Belanda. Bung Tomo dengan gemelegar membakar pejuang-pejuang dari kota pahlawan ini :

"Saudara-saudara rakyat Surabaya.

Bersiaplah! Keadaan genting.

Tetapi saya peringatkan sekali lagi.

Jangan mulai menembak.

Baru kalau kita ditembak.

Maka kita akan ganti menyerang mereka itu.

Kita tunjukkan bahwa kita itu adalah orang yang benar-benar ingin merdeka.

Dan untuk kita saudara-saudara.

Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.

Semboyan kita tetap.

 

Merdeka atau mati.

Dan kita yakin, Saudara-saudara.

Akhirnya, pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita.

Allah selalu berada di pihak yang benar.

Saudara-saudara!Tuhan akan melindungi kita sekalian.

Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!

Merdeka!"


Mari kita rawat dan kita kuatkan negeri ini dengan tetap semangat mencintai negeri ini. “Merdeka”!  (*)

**) Rully Anwar adalah pemimpin redaksi Portal Berita Josstoday.com dan Bumntoday.com

https://www.youtube.com/watch?v=aCrBu3FGYqI

today review pekik merdeka