SD Muhammadiyah 2 Gelar Aksi Simpati untuk Guru Budi

Pembacaan puisi oleh SD Muhammadiyah dalam aksi tolak kekerasan terhadap guru. (josstoday.com/Mar'atus Sholehah)
JOSSTODAY.COM - SD Muhammadiyah 2 Surabaya gelar aksi keprihatin atas pembunuhan guru seni SMAN 1 Torjun Sampang Madura, Ach Budi Cahyono oleh muridnya, MH (inisial). Aksi dengan tema Guruku Adalah Aku, Guruku Adalah Orang Tuaku Dan Siswa Adalah Anakku ini digelar di Peneleh Surabaya, Jum'at (2/2).
Kepala Sekolah Choirotur Rosyidah mengatakan, tindakan kekerasan pada guru yang dilakukan anak adalah sesuatu yang di luar dugaan, apalagi sampai meninggal dunia. Hal ini merupakan salah satu bentuk kegagalan di dunia pendidikan.
"Kita menolak bentuk kekerasan dalam bentuk apapun dan terutama di dunia pendidikan. Ketika terjadi kekerasan maka menjadikan kelam bagi dunia pendidikan," katanya dengan tegas.
Menurutnya, dunia pendidikan adalah tempat untuk menempa akhlak anak-anak menjadi lebih baik, dengan mengajarkan kepada mereka cara menghormati dan menghargai.
"Harus menghormati dan menghargai sesama maupun orang yang lebih tua. Di sekolah kami ajari anak menjadi sholeh. Sekolah yang anaknya menghormati guru," ujarnya.
Choirotur Rosyida pun mengucapkan belasungkawa atas tewasnya Achmad Budi Cahyono selaku guru kesenian di SMAN 1 Torjun Sampang Madura yang dibunuh oleh Muridnya sendiri.
"Kami menyampaikan belasungkawa yang dalam kepada guru kita Bapak Achmad Budi Cahyono, GTT Seni Rupa SMAN 1 Torjun Kabupaten Sampang. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT," ungkapnya dengan prihatin.
Choirotur Rosyida menegaskan, penegakan hukum harus adil, baik untuk guru maupun siswa. Untuk itu dia meminta, agar kasus ini harus diusut tuntas.
"Ayo kita gerakkan: Guruku Adalah Aku, Guruku Adalah Orang Tuaku, Siswa Adalah Anakku," tuturnya. (tus/mif)
pendidikan