Prabowo Butuh Demokrat Garap Suara Berbasis Nasionalis
JOSSTODAY.COM - Dosen komunikasi politik dari Universitas Bunda Mulia, Silvianus Alin menilai pertemuan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan calon presiden (capres) Prabowo Subianto pada Rabu (12/9) malam menunjukkan Prabowo butuh bantuan SBY dan Demokrat untuk bisa menang melawan incumbent Jokowi. Posisi SBY memiliki modal politik dalam maupun luar negeri.
"Keberadaan SBY dan Partai Demokrat dibutuhkan Prabowo untuk mendapatkan suara pemilih potensial yang nasionalis. PAN (Partai Amanat Nasional) dan PKS (Partai Keadilan Sejahtera) ini kan partai berbasis agama, tentu targetnya untuk mendapatkan suara dari umat Islam. Jadi Prabowo sudah ada mesin politik untuk menarik suara umat Islam, tapi butuh Demokrat untuk mendapatkan suara di luar itu," kata Alvin di Jakarta, Kamis (13/9).
Ia meyakini para kader Demokrat akan ikut arah SBY. Walau tidak ada perintah langsung untuk memilih, tapi dari pertemuan Rabu malam, jelas terlihat ada indikasi Demokrat dan SBY merapat ke kubu Prabowo-Sandi.
Terkait persoalan "Jenderal Kardus" dan tidak terpilihnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai cawapres Prabowo, Alvin melihat hal itu sebagai masa lalu dari komunikasi politik SBY dan Prabowo. Keduanya berusaha melupakan masalah tersebut, sekalipun masih ada bekas. "Bila masih menyimpan dendam, maka tidak akan ada pertemuan kemarin malam. Hal ini membuktikan bahwa politik itu cair. Kadang bisa musuh, kadang bisa jadi lawan," jelas Alvin.
Dia menambahkan, sikap politik dua kaki yang dimainkan Partai Demorkat akan merugikan Demokrat sendiri. Karena sejak Pilpres 2014, Demokrat juga memilih netral. Ini seakan menegaskan ide bahwa SBY itu tidak tegas atau plin-plan. "Dalam kondisi seperti ini, baiknya SBY tegas bila mau mendukung Prabowo dan menerima konsekuensinya. Atau sebaliknya, ia bersama dukung Jokowi. Jadi Demorkat perlu menentukan sikap untuk Pilpres 2019 ini," tutup Alvin. (fa/b1)
Pilpres 2019 pemilu 2019