Pengamat: Perang Verbal Ancam Kondusifitas Bangsa

josstoday.com

Guru besar Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Kacung Marijan. (Josstoday.com/Fariz Yarbo)

JOSSTODAY.COM - Guru besar Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Kacung Marijan, mengatakan jika saat ini menjelang Pilpres 2019 terjadi perang verbal yang begitu kuat dan berbahaya bagi kondusifitas bangsa melalui media sosial.

Hal itu dikarenakan saling serang atau saling klaim yang menyinggung pendukung lawan. Akhirnya, ujaran kebencian tak dapat dihindarkan. Parahnya, agama pun terbawa dalam arus itu.

“Perang verbal kan menyangkut hati, menyangkut perasaan. Jadi berbahaya," ujar Kacung, Jumat (18/1/2019).

Ia pun mencontohkan, masih banyak orang yang menggunakan paradigma "atau" ketika berbicara, yang berdampak pada perpecahan akibat saling klaim. Padahal, menurutnya ada kata lain yang lebih baik yakni dengan paradigma "dan".

"Misalnya, Indonesia ini dibangun Islam, dan Kristen, dan Hindu, dan sebagainya. Bukan menggunakan atau," ujar pria yang juga Wakil Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA).

Ia pun mengatakan, jika tak bisa menghentikan perang verbal ini akan membuat keamanan bangsa semakin terancam.

Selain karena masalah pilihan, Kacung juga menilai jika perang verbal ini terjadi karena kondisi ekonomi bangsa yang belum merata dan stabil. Terlihat, ada beberapa ketimpangan harga yang cukup besar di beberapa daerah.

Karena itu, ia menjelaskan jika Indonesia perlu menambah sumpah dengan tambahan sumpah satu harga. "Menurut saya sumpah kita perlu ditambah. Kita sudah satu bangsa, satu tumpah darah, dan satu bahasa. Ada yang lupa yaitu keadilan. Menurut saya tambah lagi satu harga, karena aspek keadilan dalam konteks harga belum muncul," ujar Kacung.

Ia pun berharap, siapapun yang terpilih nanti harus bisa menyatukan seluruh elemen agar dapat membawa bangsa menjadi lebih maju. (ais)

Pilpres 2019 Kacung Marijan Perang Verbal