Kemdikbud Gandeng Inovasi untuk Permudah Belajar Siswa

josstoday.com

Ilustrasi

JOSSTODAY.COM -  Diperlukan inovasi pembelajaran yang menyenangkan untuk bisa mempermudah siswa belajar. Kepala Pusat Penelitian Pendidikan (Kapuspendik) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, M Abduh mengatakan, inovasi pada pendidikan fokus pada tiga bidang, yakni literasi, numerasi dan inklusi.

Di beberapa daerah, selama ini kerap ditemukan metode pembelajaran yang ternyata inovasi. "Misalkan ditemukan metode pembelajaran dengan menggunakan bahasa transisi atau bahasa ibu," ujar M Abduh di Jakarta, Rabu (28/11).

Ia menjelaskan, pengantar bahasa ibu selama ini diharamkan. Karena guru lebih terikat terhadap kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD), kurikulum hingga rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

"Jarang sekali guru itu out of the book agar pelajaran dengan siswa menjadi menyenangkan. Padahal itu inovasi, seperti pengantar menggunakan bahasa ibu atau daerah," kata dia.

Selama ini, siswa disuguhkan materi pembelajaran dengan teks bookatau tulisan. Padahal media pembelajaran tidak hanya melalui mata, tetapi dengan suara pun bisa memudahkan siswa untuk belajar.

"Di NTT siswa dengan mudah belajar dengan pengantar suara. Dan itu membuat anak antusias belajar," beber dia.

Ia menyebutkan, beberapa daerah menerapkan bahasa ibu sebagai pengantar pembelajaran, seperti NTT dan Madura. Dan itu solusi lokal untuk mengatasi masalah pendidikan di daerah.

"Ini satu pendekatan baru untuk siswa SD atau MI dengan inovasi pembelajaran yang menyenangkan. Ini bisa jadi inspirasi untuk ditiru wilayah lain, tapi tidak bisa dikemas secara nasional," tambahnya. 

Untuk lebih mengetahui proses pembelajaran, Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud bekerja sama dengan Inovasi untuk Anak Indonesia (Inovasi), sebuah program kemitraan pendidikan Australia-Indonesia, menggelar forum Temu Inovasi untuk ke-4 kalinya di Ruang Sidang Graha Utama Kemdikbud, Rabu (28/11).

Temu Inovasi menjadi ajang untuk bertukaran pikiran, sharing ideastentang praktek baik yang sudah dilakukan di beberapa daerah di Indonesia dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

"Saya berharap praktek-praktek baik yang ditampilkan hari ini dari NTB, NTT, Kalimantan Utara dan Jawa Timur nantinya tidak hanya berhenti di sekolah yang menjadi lokasi rintisan, tetapi bisa menyebar menjadi guliran bola salju yang semakin lama semakin berkembang dan menginspirasi ke berbagai sekolah/wilayah lainnya,” ujar Ketua Balitbang Kemdikbud, Totok Suprayitno.

Sementara itu Direktur Program Inovasi Mark Heyward, mengaku beruntung bisa menyaksikan langsung diskusi dan praktik baik dari pemangku kepentingan kunci dari empat provinsi mitra Inovasi.

"Sejak tahun 2016, sudah ada lebih dari 40 program rintisan yang dilaksanakan di 17 kabupaten mitra Inovasi, termasuk salah satunya solusi ‘sekolah bambu’ pasca gempa di Lombok Utara, NTB. Berbagai program rintisan tersebut dilaksanakan untuk mendapatkan pemahaman cara-cara yang terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa, terutama di bidang-bidang seperti literasi dan numerasi dasar, pendidikan inklusif, transisi dari bahasa ibu ke Bahasa Indonesia, kepemimpinan sekolah, dan pembelajaran kelas rangkap," jelasnya. (gus/b1)

Mendikbud pendidikan